11. Terbongkar

977 165 4
                                    

~~~~~

"Arggghh!"

Kemudi itu dipukul nya keras. Langit sedang melajukan mobilnya kembali pulang kerumahnya. Setelah pertengkaran hebat dengan Awan sore tadi. Adiknya masih belum kembali. Eyang justru menyuruhnya membiarkan Awan agar sedikit lebih tenang.

Langit tetap kembali malam itu. Ia sudah bilang pada Semesta kalau hanya alan pergi selama dua hari saja.

Pikiran nya masih cukup kacau setelah mengingat semua perkataan Awan. Ia tak pernah merasa semua yang dikatakan Awan benar. Namun hatinya tetap mengganjal

Adiknya itu memang kurang sedikit suka dengan Semesta. Semenjak kelahiran Semesta, Awan memang tak seceria dulu. Ia selalu saja marah marah. Emosi nya tak pernah stabil

Awan selalu tak suka setiap melihat Semesta bersenang senang. Langit juga menyadari sikap Awan yang sangat berbeda saat dengan Semesta. Namun ia tak pernah berpikir kalau Awan akan sampai membenci adiknya itu

Langit benar benar kelabutan. Permasalahan kedua orang tua nya bahkan belum selesai. Dan sekarang ia harus menghadapi masalah baru dengan adiknya

Dering ponsel nya terdengar. Ia meraih saku celana nya. Sembari menyetir dengan satu tanganya. Telfon itu diangkat nya

'Ma?'

'Langit'

'Kenapa ma? Mama dimana? Udah pulang kerumah?'

'Belum'

'Terus ada apa ma? Gimana papa?'

Hisakan tangis itu didengar Langit cukup jelas. Ia yakin mama pasti sedang bersedih karena masalah yang tak kunjung selesai

'Papa ajuin cerai. Minggu depan mama sidang'

'Apa?!! Papa minta cerai?'

'Maaf Langit. Mama gak bisa berbuat apa apa lagi'

'Tapi kan bisa diselesain dengan damai. Papa dan mama gak perlu pisah'

'Itu keputusan papa, Langit. Mama juga gak tau harus gimana'

'Ma'

'Hm?'

'Semesta belum tau. Dia bahkan masih gak tau mama sama papa ada masalah apa. Menurut mama gimana kalo sampe Semesta tau tiba tiba mama papa cerai'

'Maaf Langit'

'Jangan minta maaf terus ma. Ayo berjuang buat keluarga kita'

'Mama juga capek Langit. Kadang ada hal hal tertentu di kehidupan kita yang harus diikhlaskan gitu aja'

'Itu bukan Ikhlas ma. Tapi mama nyerah'

'Langit. Tolong, kali ini aja mama minta. Mama cuma gak mau semuanya makin rumit'

'Tapi ma-'

'Nanti mama urus buat hak asuh kalian ya'

'Ma. Jangan'

Perasaan Langit tercampur aduk. Berantakan hingga rasanya ia ingin berteriak sekencang mungkin.

'Untuk kali ini aja nak. Mama mau bertanggung jawab sama perbuatan mama'

'Tapi gak harus dengan-'

𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 ✔ [𝗣𝗿𝗼𝘀𝗲𝘀 𝗥𝗲𝘃𝗶𝘀𝗶]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang