~~~~~~
Sebuah pukulan kencang membuat Awan terjatuh. Yasa dan Juan tampak membawa batu besar itu ditangan mereka
Kedatangan mereka membawa harapan. Juan menghampiri Bagas yang meringkuk ditanah itu. Memegangi perutnya yang sakit
"Bagas?! Bagas kamu gak apa apa?" Tanya Juan mengkhawatirkan adiknya itu
Aksa kembali bernafas lega setelah cekikan erat dilehernya terlepas. Yasa kemudian berlari kearah nya. Memeriksa keadaan kakaknya disana
Yasa beruntung datang tepat waktu. Setelah berniat tak ikut mencari Semesta dan memilih kembali bermain game bersama Juan. Namun saat mendengar cerita dari Juan, mereka dengan cepat menyusul kedua saudara nya itu
Sial!
Mereka melupakan pisau ditangan Awan. Pria yang terjatuh setelah menerima pukulan dibahu nya tampak bangkit kembali. Pisau ditangan itu ia lempar dengan cepat
Aksa mengerutkan alisnya. Sebelum menyadari arah tuju pisau itu. Matanya menatap Semesta yang menghentikan langkah nya di luar pembatas tebing itu
Pisau itu melayang dengan cepat. Membuat Aksa berteriak saat mata pisau itu berhasil mengenai bahu Semesta yang saat ini dilumuri darah
Yasa dengan cepat memberikan pukulan pada Awan. Mengukungnya dan memberi pukulan bertubi tubi pada wajah itu hingga pria itu kehilangan kesadaran nya
"Semesta!"
Aksa mencoba meraih tangan Semesta. Tubuh itu seketika terhuyung kebelakang. Membuat Aksa hanya berhasil memegang telapak tangan itu
Badan Semesta tergantung. Matanya melihat kebawah. Cipratan ombak terasa diujung kaki nya. Pisau itu masih tertancap dibahu kanan nya yang saat ini tangan itu digenggam oleh Aksa
"Kak Semesta!" Juan menyadari itu. Melihat bagaimana Aksa berjuang mempertahankan tubuh Semesta yang saat ini sudah terjatuh
Juan berniat membantu. Namun kondisi tubuh Semesta yang sudah tampak jauh dari pembatas tebing membuatnya berpikir dua kali. Yang bisa ia lakukan hanya menahan tubuh Aksa agar dapat mempertahankan pegangan nya pada tangan Semesta
Aksa menguatkan genggaman nya. Tidak, Ia tidak bisa kehilangan Semesta malam ini. Urat urat dileher nya menjadi saksi bagaimana ia mempertahankan tubuh Semesta yang sudah bergantung dibawah sana
"Semesta! Ayo naik.. " Ucap nya
Ia menatap wajah Semesta disana. Meringis sakit karena pisau yang semakin membuat darah mengalir lebih keras dibahu nya
"Yasa! Bantu aku!!" Teriak Aksa
Yasa dengan cepat menghampiri nya. Ia berusaha meraih tangan Semesta yang satunya. Tampak kesulitan karena Semesta yang sudah kehilangan tenaga tak mampu mengangkat tangan nya yang satu lagi
"Ayo Semesta! Pegang tangan aku!" Ucap Yasa
Tangan Yasa masih dengan yakin diulurkan kebawah. Tak bisa, Semesta dengan sekuat tenaga membawa tangan nya pada uluran tangan Yasa
Pegangan nya pada tangan Aksa terlihat melemah. Mengingat ia kehabisan banyak darah dari pisau yang tertancap dibahu nya. Tanganya semakin kehilangan tenaga
Wajah nya menatap Aksa yang tampak dengan jelas mengkhawatirkan dirinya. Ia tersenyum sejenak, memandangi wajah yang mungkin saja tak akan ia lihat lagi
"A-aksa...."
"Ayo Semesta! Jangan nyerah... Aku gak mau kehilangan kamu malem ini" Ucap Aksa
"Aksa... Maaf ya. Maaf aku gak bisa tepatin janji aku untuk cari kebahagiaan itu sama kamu..."
"... Tuhan mau aku pergi lebih dulu"
Aksa menjatuhkan air mata itu pada wajah Semesta dibawahnya saat ini
"Enggak Semesta!.. Kamu harus bertahan. Kamu harus tetep disini sama aku!" Ucap nya
Yasa hanya menyaksikan itu. Sesekali masih mencoba membantu Aksa dengan Juan yang juga memegangi tubuh kakaknya agar tak ikut terjatuh dadi tebing curam itu
"Aksa... Aku titip Bunda sama Zara yaa.. Bilang sama mereka aku pergi
untuk mencari bahagia aku dihari ulang tahun terkahir kali ini""Semesta!.... Enggak, kamu gak boleh pergi" Ucap Aksa
"Terimakasih Aksa. Terimakasih atas semua bahagia yang kamu kasih ke aku selama ini. Aku seneng, aku seneng bisa ngejalanin hari hari bahagia menuju ulang tahun terkahir aku sama kamu. Sama yang lain"
Semua air mata itu menatap Semesta. Bagas menangis dalam diam nya disana. Masih memegangi perut nya yang semakin terasa sakit karena menangis tersedu sedu
Ia tak siap kehilangan Semesta. Ia belum bisa membahagiakan kakak baru nya itu. Bagas masih ingin merajut memori bahagia yang ia andai andai selama ini
Yasa dan Juan hanya bisa menangis. Meskipun mereka tak begitu dekat dengan Semesta, terutama Yasa. Namun Kehadiran Semesta cukup mewarnai kehidupan keluarga nya
Pandangan Semesta memburam. Tanganya melemas digenggaman Aksa. Membuat pria itu semakin panik karena Semesta hampir kehilangan kesadaran nya
"Semesta aku mohon... Jangan pergi, bertahan sama aku.." Ucap Aksa
Genggaman itu semakin melemah. Membuat pegangan Aksa pada Semesta perlahan terlepas
"S-selamat tinggal A-aksa. Temui aku dikehidupan selanjutnya"
Kedua telunjuk itu sudah terpisah. Membuat tubuh Semesta terhempas begitu saja. Menyisakan sebuah cincin yang terlepas dari jari milik Semesta. Aksa berteriak sekeras mungkin. Melihat bagaimana tubuh Semesta jatuh kebawah dan hilang ditelan ombak
"SEMESTAAAA!!!"
Akankah cerita bahagia itu berhenti disini? Akankah semua kenangan bahagia itu membawa memori sendu yang selalu ditangisi
Kali ini Semesta menghilang. Kehilangan yang berlangsung untuk selama lamanya. Meninggalkan tangisan dan luka pada orang orang tersayang nya
Tuhan tak pernah merencanakan takdir jahat ini. Hanya saja, keberuntungan belum menemuinya saat itu. Dan pada Akhirnya, kepergian kali ini tak akan dilupa meskipun seribu tahun lamanya. Atau untuk reinkarnasi reinkarnasi selanjutnya
Lembar itu ditutup. Selesai sudah
Akhir untuk Semesta yang sudah tuhan narasikan dalam satu halaman sendu disana. Berharap takdir jahat tak menghampiri lagi setelah ia benar benar pergi dalam ketenangan nya
Semesta... Maaf, lembar cerita kali ini kurang bahagia. Tapi tuhan berjanji. Kebahagiaan abadimu disiapkannya diatas sana
Hari ini, di malam ulang tahun terakhir Semesta
Aksa kehilangan nya
"Selamat tinggal Semesta... Maaf kalau kebahagiaan yang aku janjikan belum kamu terima hingga disaat saat terkahir ini"
~END~
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 ✔ [𝗣𝗿𝗼𝘀𝗲𝘀 𝗥𝗲𝘃𝗶𝘀𝗶]
Fanfiction[END] - TAHAP REVISI LENGKAP ✔ "Kalau kata Semesta, hidup dengan cara lebih keren adalah tetap tersenyum sekalipun rasanya begitu berantakan. Setidaknya dunia harus tau bahwa kamu belum menyerah." Ini tentang dia dan bahagia yang dicarinya Semes...