16. Kebenaran

896 159 5
                                    



~~~~~


Sudah tiga hari belakangan ini Langit menghabiskan rawat inap nya. Meskipun dokter masih belum yakin apa ia bisa pulang dalam waktu dekat. Zara, Aksa, dan Semesta secara bergantian menjaga Langit dari pagi hingga malam

Suasana terasa hening setelah baru saja Bagas dan Juan menjenguk Langit. Pria itu sempat kebingungan saat dua bocah laki laki berseragam sekolah menjenguk nya yang ternyata adalah adik Aksa.

Mereka bertiga terlihat bersantai sembari menjaga Langit yang sedang tertidur.

"Kalian gak ada kuliah?" Tanya Semesta pada Zara dan Aksa yang sedang menyantap makanan mereka

Keduanya menggeleng bersamaan dengan beberapa suapan dimulut mereka.

"Zara. Acara di toko roti bunda weekend besok jadi?" Tanya Semesta

Zara mengangguk "Jadi"

"Acara apa?" Tanya Aksa

"Ada launching produk baru ditoko roti bunda" Jawab Zara

"Aku kayaknya gak bisa dateng deh. Masih harus jagain Kak Langit" Ucap Semesta

"Yaudah gapapa. Bunda juga maklumin kok pasti"

Suasana kembali tenang. Zara dan Aksa terlihat bersantai dengan ponsel mereka masing masing. Semesta beranjak dari sofa, menghampiri ranjang rawat Langit yang berjarak cukup jauh disana. Terduduk di sisinya

Ia menggengam tangan kurus dengan infus itu. Diusap nya dengan ibu jari. Mencoba memberikan kehangatan

Semesta menatap wajah kakaknya yang tertidur dengan damai. Wajah pucat yang tak pernah senang ia pandang dan Senyum yang sudah menghilang

"Kak. Cepet sembuh ya, Semesta gak tega liat kak Langit sakit kayak gini" Ucapnya lirih

Hatinya cukup hancur melihat kakaknya yang berjuang diambang hidup dan mati. Tak ada yang bisa ia lakukan selain meminta pada tuhan untuk memberinya ribuan kesempatan dan kembali melihat wajah bahagia Langit

"Takdir boleh ambil Semesta. Tapi jangan Kak Langit... "

"... Kalo Kak Langit pergi. Nanti Semesta gak punya bahagia lagi"

Bibirnya bergetar. Mata berkaca nya memperlihatkan bagaimana keputus asaan nya menghadapi semua masalah

"Kak... Bertahan sama Semesta ya. Ayo bantu Semesta balikin keluarga utuh kita lagi"

Air matanya berhasil jatuh. Tangan itu mengusap dengan cepat. Kepala nya menunduk. Bahunya terlihat bergetar diiringi isakan lirih disana

"Kak.. Semesta capek... Hiks.."

"... Semesta mau nyerah... Hiks.. Tapi.. Hiks... Tapi Semesta udah janji akan tetep berjuang demi kebahagiaan Semesta.."

"... Apa tuhan gak sayang ya sama Semesta? Apa tuhan gak kasian ya liat aku kayak gini"

Zara dan Aksa menyadari isakan itu meskipun terdengar sangat lirih. Mereka menatap satu sama lain. Terlihat tak ingin mengganggu Semesta yang bersedih hebat disana

Atensi aksa beralih pada ponselnya yang berdering disana. Mengangkat telfon

'Hasil nya keluar kak'

'Gimana hasilnya?'



































'Positif seratus persen'

Setelah mematikan telfon sepihak itu. Aksa beranjak dari duduk nya. Kemudian meraih jaket dan tas nya

𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 ✔ [𝗣𝗿𝗼𝘀𝗲𝘀 𝗥𝗲𝘃𝗶𝘀𝗶]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang