17. "Saga Langit Bahari"

940 174 17
                                    






~~~~~


Hujan malam ini terasa begitu deras. Suara rintik air yang membasahi daun bahkan terlalu berisik untuk menemani ketegangan ini. Hingga suhu dingin itu berhasil memukul kulit bergetar disana

Ibu jarinya tak berhenti digigiti sejak tadi. Semesta hanya menatap ubin rumah sakit itu dengan tatapan kosong. Kondisi nya bahkan tak terlihat baik baik saja.

Zara masih sibuk mengelus punggung kurus itu. Mengusap nya pelan mencoba memberi ketenangan pada Semesta

"Semesta!"

Suara derap lari itu didengar mereka bersamaan dengan namanya dipanggil. Semesta menoleh ke arah Aksa yang saat ini menghampirinya. Dengan tubuh sedikit basah

"Ada apa?! Kak Langit kenapa bisa kritis lagi?" Tanya nya

Aksa menatap Semesta yang sudah berwajah sembab disana. Zara bahkan terlihat cukup khawatir

"Gak ada yang tau kenapa Kondisi nya tiba tiba kritis lagi. Langsung ditanganin sama dokter dari dua jam yang lalu" Ujar Zara

"Dari dua jam yang lalu?!" Tanya nya

Zara mengangguk

Pria itu kemudian terduduk di samping Semesta. Ia menggenggam tangan kurus itu. Mengusap nya berkali kali memberikan kehangatan

"Tapi kondisi nya gak parah kan?" Aksa kembali bertanya

"Dokter bilang kondisi Kak Langit terlalu parah. Kemungkinan kondisi kak Langit bisa stabil dibawah dua puluh persen" Ucap Zara

Aksa terlihat sangat khawatir. Ia menatap Semesta yang tak bergeming disana. Air mata itu bahkan sudah terlihat kering di kedua pipinya

Ia paham bagaimana rasanya. Batin Semesta pasti sedang sibuk berselisih disana. Bagaimanapun juga, Semesta sudah menghabiskan masa hidupnya bersama Langit. Salah satu orang yang paling dia sayangi di muka bumi ini

Zara dan Aksa benar benar khawatir melihat kondisi Semesta. Belum lagi hujan petir malam ini membuat mereka semakin mencemaskan trauma Semesta terhadap petir itu

Tak berselang lama. Pintu ruangan disana terbuka. Membuat mereka bertiga segera menghampiri ketiga dokter yang keluar

"Dok? Gimana Kondisi Kak Langit?" Tanya Zara

Dokter hanya menghela nafas. Ia melepas semua masker dan perlengkapan medisnya

"Mari saya jelaskan diruangan saya"

Mereka bertiga mengikuti jalan dokter ke ruangan nya. Terduduk berjejer dan menatap harap disana

Sebuah surat dikeluarkan oleh dokter. Yang mereka lihat pertama kali disana hanya sebuah tanda tangan dari Langit

"Ini surat perjanjian yang sudah ditanda tangani saudara Langit beberapa hari lalu. Saya hanya sebagai perantara dari keinginan beliau"

Mereka menatap seksama isi surat itu. Membuat Aksa berhasil membelalakan matanya saat mengetahui kondisi Langit tak sebaik yang dilihatnya

"Pasca kecelakaan hari itu, pasien hanya memiliki kemungkinan hidup sebesar lima belas persen. Apalagi faktor pasca oprasi yang ternyata tidak sesuai harapan kami... "

"... Saudara Langit bersedia mengajukan perwatan paliatif yang diketahui merupakan pelaksanaan rawat damping di kondisi yang sangat tidak memungkinkan untuk sembuh. Dikarenakan beliau juga sudah mengetahui kondisi nya sendiri. Saudara Langit menuliskan perjanjian tersebut dengan syarat dan ketentuan yang dibuat nya sendiri"

𝙆𝘼𝙏𝘼 𝙎𝙀𝙈𝙀𝙎𝙏𝘼 ✔ [𝗣𝗿𝗼𝘀𝗲𝘀 𝗥𝗲𝘃𝗶𝘀𝗶]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang