Apa yang rasanya tak enak, tetapi justru dinikmati? Apa yang sering membuat sakit tapi malah membuat bahagia? Apa yang tahu kalau akan tak nyaman jika datang tapi malah ditunggu kedatangannya? Kehamilan. Iya. Jawabnya adalah hamil.Hampir semua prempuan yang sudah menikah pasti akan sepakat tentang hal itu. Sebuah runutan kehidupan yang secara alamiah akan dialami. Setelah tumbuh menjadi gadis, menginjak dewasa mengenal apa makna cinta ataupun suka pada lawan jenis, ingin rasanya segera bertemu jodoh. Lantas sesudah menemukan jodoh yang menjadi belahan jiwanya kemudian menikah, maka muncul keinginan untuk bisa segera mendapatkan momongan. Hadirnya buah hati yang mampu membuat rasa cinta dan sayang makin erat. Karena hadirnya anak dikatakan sebagai buah cinta dari sepasang suami istri.
Meski tak selalu begitu, tapi hampir semua alur kehidupan berjalan seperti itu. Bertemu jodoh, menikah, hamil, punya anak, bersama mendidik anak sampai sang anak pun tumbuh besar. Ya seharusnya seperti itu yang benar. Walau pada kenyataannya, ada manusia yang dengan sadar membalik siklus kehidupannya. Bertemu orang yang disuka, hamil, menikah dan punya anak. Masih untung ada fase menikah disini. Ada juga yang merubah lebih runyam fase hidupnya. Bertemu orang yang disuka, hamil, punya anak dan tak ada yang bertanggungjawab karena hamil duluan. Atau ada yang bertemu orang yang disuka, hamil, tak pernah menikah, depresi, aborsi atau bahkan bunuh diri.
Maka hanya dari gambar skema alur kehidupan seperti yang sudah dijabarkan di atas saja bisa dilihat, manakah yang sejatinya membuat kita tenang? Hanya orang tak berpikir jika menjawab selain skema pertama. Bahwa jika menuruti aturan sang Pencipta maka seharusnya seseorang menyalurkan rasa suka pada lawan jenis hanya dengan menikah dahulu, baru bisa hamil, memiliki anak dan bersama menjaga sang anak menjadi keluarga sakinah. Hanya saja manusia terkadang tak mau mendengar, tak mau melihat terlebih tak mau memahami. Bahwa dirinya tak lebih dari cuma makhluk penuh salah dan kurang.
Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : "Sesungguhnya hati tidak akan (merasakan) ketenangan, ketentraman dan kedamaian, melainkan jika pemiliknya berhubungan dengan Allah (dengan melakukan ketaatan kepadaNya) sehingga barangsiapa yang tujuan utama (dalam hidupnya), kecintaannya, rasa takutnya dan ketergantungannya hanya kepada Allah, maka ia telah mendapatkan kenikmatan dariNya, kelezatan dariNya, kemuliaan dariNya dan kebahagiaan dariNya untuk selama-lamanya"
Langit hitam dihiasi bintang tampak dari balik jendela kamar. Menandakan malam telah tiba. Cuaca memang sangat cerah di bulan ini. Musim panas memang sedang menyapa negeri Inggris. Terlebih kota Bristol yang merupakan kota pelabuhan. Suhu udara kota ini di musim panas lebih tinggi dibanding kota lain di Inggris. Bulan Juli dikenal sebagai bulan paling cerah oleh warga Inggris. Bagi yang sudah lama tinggal di negeri Ratu Elizabeth tersebut, suasana musim panas sangat dinanti. Mengingat suhu udara di Inggris sering dibawah 0 derajat jika bukan masuk musim panas.
Yumna yang sudah hampir setengah jam duduk di dekat jendela kamar memilih menutup tirai kamar. Sudah puas menikmati cerahnya langit Bristol di musim panas. Setidaknya itu kebiasaan Yumna selepas sholat isya' di musim panas ini. Yumna merasa melihat langit Indonesia bila bisa menyaksikan bulan dan bintang. Karena memang sangat jarang langit terlihat cerah di negeri ini.
Kemudian Yumna pun memilih duduk di pembaringan. Menyandarkan tubuh ke sandaran ranjang. Melirik sebentar Rafa yang masih duduk tegak di depan meja belajar. Menatap serius layar laptop dan tumpukan buku di sampingnya.
Terkadang Yumna bosan sendiri melihat pemandangan tersebut. Suaminya itu sangat rajin belajar. Ya, Yumna paham. Rafa bisa kuliah disini karena beasiswa. Bukan seperti dirinya dulu karena biaya pribadi. Biaya dari kakeknya tepatnya. Sudah enam bulan yang lalu Yumna lulus dengan gelar bachelor bisnisnya. Rasanya merdeka. Tapi tetap saja ia belum bisa balik ke Indonesia karena harus menemani Rafa yang masih belum selesai menempuh masternya di Bristol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 3
SpiritualSekuel Stay With Me in Love 2 Semua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Selamanya rasa yang ada tetap menjadi asa ketika tak terucap. Menjadi perih ketika t...