Mengukur, menata dan memperhitungkan tiap bagian yang ada. Sebuah tugas yang dilakukan seorang arsitek atau perancang bangunan. Bagaimana ia mendesain sedemikian rupa sebuah bangunan dari lahan yang ada. Memperhitungkan setiap inci lahan agar tak salah dalam menentukan ukuran.
Sebuah pondasi tentu hal pertama yang akan dipikirkan oleh seorang arsitek, kontraktor atau ahli bangunan. Karena mereka tahu, seindah dan semegah apapun sebuah rumah atau bangunan yang akan didirikan tak ada artinya jika tidak ditopang oleh pondasi yang kuat dan tahan goncangan. Meski jendela berukir indah, lantai berlapis granit termahal, dinding bercat menawan tak ada artinya jika tak ada pondasi kuat yang menjamin semua keindahan tersebut bertahan lama. Jika perlu selama-lamanya.
Sama hal nya dengan kehidupan manusia. Dalam iman dan agamanya. Seorang manusia membutuhkan sebuah pondasi kuat dan kokoh dalam hidupnya. Sebagai penentu tiap langkah yang akan ia ambil ketika menemui tiap masalah hidup. Karena fitrah manusia yang lemah ini adalah timbulnya masalah ataupun konflik yang pasti dialaminya. Baik konflik dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain.
Maka pondasi paling hakiki buat seorang muslim adalah akidah islamiyah. Keimanan yang dibangun kepada Allah Azza wa Jalla dengan seyakin-yakinnya. Tanpa keraguan sama sekali. Tanpa ada celah membantah. Tanpa tapi. Dimana hati, pikiran dan fisik senantiasa terikat dengannya. Setiap perbuatan, pikiran dan kecenderungan selalu berpegangan pada keyakinan yang satu. Perintah dan larangan Allahu Ahad. Allah Maha Esa. Satu, tak beranak dan tak diperanakkan.
Maka kehidupan seorang muslim selalu tertata, terukur, terhitung dengan rinci dalam rule yang telah ditetapkan Allah. Dari sana tampak keindahan dan kecantikan akhlak, adab, budi pekerti dan tindak tanduk yang terpancar dari akidah. Bukan akidah kaleng-kaleng atau sekedar pengakuan dalam surat kependudukan. Tapi akidah yang menancap kuat. Sekokoh bangunan dengan pondasi yang telah dirancang sempurna. Menghasilkan bangunan indah yang tak mudah goyah apalagi runtuh hanya karena gempa atau angin puting beliung.
"Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa" (QS. Al Baqarah : 2)
Hari telah berlalu. Tanggal telah berganti seiring perputaran matahari yang terbit. Sebuah sunatullah yang tak akan pernah bisa dicegah oleh siapapun. Karena semua kesempurnaan dengan keMaha Besaran Nya hanyalah milik Al Khaliq.
Siang menuju sore hari di kota Surabaya lumayan terik. Bagi warga Surabaya yang sudah lama tinggal di kota tersebut, cuaca seperti itu sangat biasa. Meski keluhan seringkali terdengar karena cuaca yang bisa membuat tubuh dehidrasi karena kepanasan.
Arini mengurangi laju sedan warna hitam yang ia kemudikan ketika memasuki sebuah gang yang tak terlalu lebar. Kemudian berhenti tepat di depan sebuah rumah dua lantai yang ada di tengah gang tersebut. Arini segera melepas seat belt nya dan turun dari mobil.
Rumah mertuanya tampak sepi dari luar. Biasanya Tsabita langsung menyambutnya ketika mendengar deru mobilnya berhenti. Iya, tadi pagi Arini menitipkan Tsabita di rumah keluarga Marwan. Kebetulan teteh Maryam yang masih berada di Surabaya ingin bertemu lagi dengan bu Marwan. Padahal dua hari yang lalu, teteh Maryam lengkap dengan putranya dan paman juga bibinya diajak oleh Alif berkenalan dengan bapak dan ibu Marwan.
"Bu Marwan orangnya menyenangkan. MasyaAllah, teteh betah banget ada di Surabaya" begitu kesan teteh Maryam ketika berjumpa dan mengobrol dengan mertua Arini.
Teteh Maryam dan keluarganya memang berencana menginap di Surabaya selama dua minggu. Bisa lebih. Tergantung urusan pak Hariadi di Surabaya. Karena tentu saja pak Hariadi harus mengantar mereka kembali pulang ke Bandung. Meski teteh Maryam sempat mengeluh tentang suasana kota Surabaya yang panas dan gerah. Jauh berbeda dengan kota asalnya. Namun perempuan cantik bercadar itu betah berada di Surabaya. Hampir setiap hari Arini bertemu dengan calon istri papanya tersebut. Entah setelah Arini pulang kuliah atau pagi sebelum Arini berangkat. Apakah ini strategi papanya agar ia makin dekat dengan teteh Maryam? Arini kira begitu. Tapi entah kenapa, Arini makin menyukai perempuan yang selalu lemah lembut ketika bicara itu. Arini merasa nyaman berada di dekat perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 3
SpiritualSekuel Stay With Me in Love 2 Semua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Selamanya rasa yang ada tetap menjadi asa ketika tak terucap. Menjadi perih ketika t...