"Kita masuk dulu ya. Kalau mau mbak Wina tunggu di ruang tamu. Atau mau ke kamar saya?" Tanya Tasya pada Wina yang terlihat sedang mengamati detail rumah tempat kos Tasya. Terlihat wajah ragu dan tegang.
"Mbak..."
"Ikut kamu ke kamar" akhirnya terdengar juga jawaban dari Wina.
"Baiklah. Mari..." Tasya pun membimbing Wina menuju ke kamar kos nya yang ada di lantai dua.
Rumah kos yang ditempati Tasya lumayan besar. Terdiri dari dua lantai. Total ada sekitar delapan kamar dengan fasilitas kamar mandi di dalam tak lupa penyejuk ruangan. Penghuni rumah kos tentu saja semuanya perempuan dan kebetulan semua penghuni rumah kos berstatus bekerja.
"Hai Tasya, tumben baru nyampek" sapa seorang penghuni kos yang terlihat sedang asik membaca buku di ruang tengah.
"Iya nih mbak. Ada kerjaan tambahan" jawab Tasya pada teman kos yang diketahuinya sebagai pegawai pemerintahan di kantor depdikbud.
"Itu temannya, Hai..." teman kos Tasya yang sama ramahnya dengan Tasya menyapa Wina juga. Tapi perempuan itu hanya diam dan menunduk. Membuat Tasya sedikit memberi kode agar temannya itu mau memaklumi.
"Aku ke atas dulu ya mbak"
"Oke Sya"
Tasya pun bergegas ke kamarnya. Waktu maghrib sudah terlewat banyak. Ia harus segera membersihkan diri dan menunaikan sholat. Badannya pun terasa lengket. Tak enak di badan.
"Mbak Wina duduk dulu di sini ya. Saya mau ke kamar mandi dulu" ucap Tasya sambil menunjuk kursi berputar yang ada di depan meja belajar.
"Aku..." terlihat Wina tetap menampakkan wajah tegang.
"Mbak Wina nggak usah takut. Santai saja ya" putus Tasya segera masuk ke kamar mandi sambil membawa baju ganti.
Tak perlu waktu lama buat Tasya untuk mandi. Ia memang tak mau ketinggalan waktu maghribnya. Segera Tasya keluar dari kamar mandi dengan mengenakan gamis kaos rumahan dipadu hijab instan berbahan kaos. Ia tetap memakai hijab dalam kamar karena ada Wina di sana.
"Sebentar, saya mau sholat dulu ya" ijin Tasya bergegas menggelar sajadah dan memakai mukenanya. Tasya tak menawari Wina sholat. Ia agak ragu apakah gadis itu seorang muslim atau bukan.
Tasya pun mulai menunaikan sholat maghrib. Membiarkan sejenak Wina yang masih duduk tak bergerak di kursi. Masih dengan wajah tegangnya. Rambut sebahunya terlihat agak kusut.
. Wina pun perlahan mulai mengamati Tasya yang sedang melakukan gerakan sholat. Mendengar sedikit Tasya melafalkan bacaan sholat. Terlihat damai dan tenang. Terasa kesejukan menerpa hatinya. Entah perasaan macam apa yang kini sedang dirasakannya. Tak terasa setetes air mata mengambang di wajahnya.
Assalamualaikum warohmatulloh... Tasya mengucap salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. Tanda sholat maghrib usai ia laksanakan.
Sejurus kemudian, Tasya yang masih duduk bersimpuh di atas sajadah mendongak. Menatap Wina yang tampak diam tapi terlihat air matanya menetes.
"Mbak Wina kenapa? InsyaAllah masalah mobil beres kok. Besok kita bisa ambil ke bengkelnya. Mm...kata mbak Lis, itu bengkel milik teman adiknya" ucap Tasya menenangkan.
Ketika pulang tadi ia melihat Wina menangis di samping mobilnya. Kelihatannya mobilnya mogok atau bermasalah. Tasya juga tak paham tentang mesin. Jalanan pun sepi. Tasya yang merasa kenal dengan Wina tentu saja tak tega untuk tak menolongnya. Tasya memilih berhenti dan menghampiri Wina. Meski gadis itu tetap seperti kemarin. Dingin dan ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 3
SpiritualSekuel Stay With Me in Love 2 Semua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Selamanya rasa yang ada tetap menjadi asa ketika tak terucap. Menjadi perih ketika t...