Lebah dan lalat. Dua mahluk ciptaan Al Khaliq yang mampu mewakili sifat dan naluri manusia. Sifat baik dan buruk yang akan selalu ada di dunia ini. Naluri positip dan negatip yang akan selalu dimiliki mahluk bernama manusia. Dimana sifat dan naluri yang baik diwakili oleh lebah. Dan sifat buruk dan negatif diwakili oleh lalat.Mengapa lebah lebih cepat menemukan bunga? Dan kenapa lalat justru lebih cepat menemukan sampah?
Bunga identik dengan indah, harum dan menyenangkan. Lebah memiliki naluri yang hanya akan menggiringnya untuk menemukan bunga. Lebah hanya tertarik pada harum dan keindahan bunga. Sama sekali tak tertarik pada kotoran atau sampah. Karena itu lebah kaya akan madu. Manis menyehatkan.
Sedangkan lalat, lebih cepat menemukan sesuatu yang kotor dan bau menyengat. Sesuatu yang identik dengan sampah. Lalat justru tak terlalu terpikat pada sesuatu yang harum lagi bersih. Lalat lebih menikmati hinggap di kotoran menyengat untuk kemudian menghinggapi apapun yang bisa ia temukan. Meninggalkan bekas kotor yang menempel di kakinya. Karena itu lalat selalu diusir bahkan dimusnahkan. Karena keberadaannya dianggap mengganggu dan merugikan. Membuat kotor apa yang dihinggapinya dan menimbulkan penyakit. Kotor lagi berpenyakit.
Manusia baik dan selalu memancarkan aura positif itu bak seekor lebah. Keberadaannya selalu disukai bahkan dinanti. Ketiadaannya membuat rindu bahkan sedih karena tak jumpa. Sosoknya selalu membuat sekelilingnya nyaman, tenang dan bahagia. Tak ada kata menyakitkan, tak ada raut muka ditekuk atau sorot mata benci. Wajah penuh senyum dan keteduhan yang selalu disuguhkan pada orang di sekitarnya. Selalu ingin menebar manfaat dan hikmah di setiap kehadirannya. Menyenangkan dan menyehatkan dirinya sendiri juga orang disekelilingnya.
Sedang manusia yang sering berbuat buruk dan suka menampakkan sisi negatifnya. Bak lalat yang membuat tak nyaman karena kotor dan identik dengan penyakit. Lebih suka menampakkan wajah juteknya, senyum sinis, tatapan penuh selidik atau sering melontarkan kata yang menyakitkan orang di sekelilingnya. Ketiadaannya justru membuat yang lain senang dan lega. Karena keberadaannya malah membuat sekelilingnya jengah dan tak nyaman bahkan was-was.
Manusia yang bak lebah, akan dengan mudah bertemu dengan orang baik. Komunitas satu server dengan dirinya. Tak sulit menemukan teman, saudara atau kenalan yang setipe. Membuat suasana nyaman dan tenang. Iya, karena hati dan pkirannya juga nalurinya sudah terasah, terbiasa menuju pada kebaikan. Seperti lebah yang dengan mudah menemukan bunga cantik dipenuhi benang sari yang manis seperti madu.
Manusia bak lalat, akan dengan mudah pula menemukan manusia setipe dengannya. Culas, jahat, sombong dengan naluri buruk dan penuh rekayasa. Membuat pikiran dan hati makin larut dan condong dalam keburukan. Bak lalat yang makin nyman berkubang dalam tempat sampah yang dipenuhi kotoran yang bau lagi berpenyakit.
"Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesutu yang bersih, hinggap di tempat yang bersihbdan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya)" (HR. Ahmad)
Pilihan ada di tangan kita. Mau menjadi manusia bak lebah atau bak lalat. Hidayah sudah di depan mata, menunggu kita bersegera menyambutnya.
Wina mengerjapkan mata. Kemudian kembali menutupnya. Cahaya matahari samar-samar menelusup masuk lewat celah ventilasi kamar. Menandakan hari telah berganti. Dan pagi menuju siang telah menjelang.
Wina berusaha mengembalikan kesadarannya. Kembali ia ingin membuka mata. Tapi rasanya tetap enggan. Namun Wina memaksakan diri. Ia malah ingin bangun dari tidurnya.
Arghhh...Spontan Wina mengerang. Tangannya memegang kepalanya yang seperti dihantam palu godam. Berat dan sakit.
Wina meringis sembari masih memegang kepalanya. Gadis yang bahkan masih memakai pakaian yang ia kenakan semalam itu kembali meletakkan kepalanya di bantal. Ia belum sanggup mengangkat kepalanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 3
SpiritualSekuel Stay With Me in Love 2 Semua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Selamanya rasa yang ada tetap menjadi asa ketika tak terucap. Menjadi perih ketika t...