Kebahagiaan seringkali ditafsirkan seseorang sebagai tujuan hidupnya. Ketika ditanya, apa yang diinginkan di dunia ini? Banyak yang akan menjawab ingin bisa hidup bahagia. Bahkan tak sedikit yang menambah jawabannya dengan tambah hingga ke akhirat. Iya, bahagia di dunia dan akhirat.
Namun tak banyak yang bisa menjawab detail kebahagiaan seperti apa yang dimaksud dan dicari. Terkamuflase dengan sekedar rasa senang yang terlihat seperti sebuah kebahagiaan. Karena sebetulnya kebahagiaan erat hubungannya dengan tujuan dan kepuasan hidup. Ketika seseorang dapat menikmati hidupnya, maka bisa dikatakan ia telah mendapatkan kebahagiaan.
Kenikmatan disini tentu saja karena merasa tenang, damai tak ada gusar, takut ataupun segala bentuk kecemasan yang membuat seseorang tak nyaman. Jika ada yang melihat orang kaya bahagia tapi tak bisa tidur nyenyak itulah bahagia yang semu, jika bahagia dilekatkan pada perempuan berwajah cantik rupawan hingga disanjung banyak orang, tapi hidupnya gundah untuk mempertahankan kecantikannya itu bahagia kaleng-kaleng. Ketika jabatan tinggi disertai kekuasaan di tangan dianggap kebahagiaan, tapi hidupnya gelisah memikirkan cara melanggengkan kekuasaannya itu bahagia pura-pura.
Karena bahagia yang hakiki itu, bisa merasakan kenikmatan hidup tanpa semua keresahan tersebut. Haqul yakin bahwa hidupnya sudah ada yang menata dan mengatur. Ada sang Maha Pemilik Kehidupan, Al Aziz yang menjamin apapun permasalahan hidup asal bertakwa. Menurut apapun syariat yang telah diberikan padanya. Hidup terasa nikmat dan kebahagiaan tulen di dapat.
"Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu" (QS. At Talaq : 3)
Kebahagiaan dan keriuhan masih tampak di rumah keluarga uncle Ted di London. Usai acara ijab kabul yang telah lancar diucapkan Rafli, semua dipersilahkan menikmati hidangan.
Aunty Halida meluapkan kebahagiaannya dengan menyuguhkan aneka masakan hasil olahannya. Sebuah momen yang langka. Banyak orang hadir di rumahnya ini dan bisa menikmati masakannya. Biasanya aunty Halida harus memaksa suaminya,Yumna atau Tasya sebagai kelinci percobaan untuk mencicip masakannya. Sekarang dengan rela semua menikmati makanan hasil olahan tangan perempuan yang terlihat energik meski tak muda lagi.
"Masya Allah aunty, Ina mau semua makanannya. Enak semua" seru Yumna dengan mata berbinar. Semua masakan enak yang pernah aunty Halida coba resepnya ada di atas meja.
"Kamu boleh makan semuanya, Na. Tapi pelan-pelan sayang. Kalau kurang pasti Tante Hal buatin lagi" ujar Rafa mengingatkan Yumna agar tak terlalu eforia dengan bergerak kesana kemari. Perut yang bak balok akan meletus itu sedikit mengerikan buatnya kalau dipakai terlalu aktif.
"Benar apa kata Rafa, Na. Tenang aja, kamu boleh makan semuanya kalau mau" sahut aunty Halida setuju dengan ucapan Rafa.
Uncle Ted dan pak Faisal menemani para tetamu untuk menikmati hidangan. Dua lelaki bijak itu juga membicarakan rencana peresmian pernikahan anak-anak mereka. Tentu saja Faisal ingin mengadakan walimatul ursy untuk Rafli dan Tasya. Faisal bahkan sudah merancang pernikahan akan diadakan di dua kota, Surabaya dan Semarang. Mengingat banyak relasi bisnisnya berada di dua kota tersebut. Rencananya satu hingga dua bulan lagi, resepsi pernikahan akan diadakan.
Rafli yang awalnya ingin segera menelpon istrinya...serasa ada yang meledak dalam hati tiap menyebut kata istri. Tasya kini telah menjadi istrinya, meski masih secara agama. Ia harus menahan diri dulu dan bertahan bersama para tetamu. Tak enak langsung meninggalkan tempat begitu saja.
"Barakallah laka ya mas, Sam nitip kak Tasya" ucap Samudera ketika keduanya duduk bersisian menikmati puding buah buatan Aunty Halida.
Rafli tersenyum memandang adik iparnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 3
SpirituellesSekuel Stay With Me in Love 2 Semua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Selamanya rasa yang ada tetap menjadi asa ketika tak terucap. Menjadi perih ketika t...