🌷 42. Jumpa Dalam Rindu 2 🌷

2.5K 479 76
                                    


"Tamannya indah banget. Cantik sekali, Nin.."

"Iya, cantik sekali seperti kamu"

Tasya menatap lelaki di hadapannya. Tatapan lembut dan teduhnya serta senyum menawannya sangat dirindukan Tasya. Jika tak ingat kejadian beberapa hari yang lalu, saat ia melihat Wina berada di kamar Rafli mungkin ia sudah berlari dalam dekapan lelaki itu. Lelaki yang telah menjadi suaminya.

"Kamu sehat kan, Sya" tanya Rafli pada Tasya. Rafli masih merasa aura marah pada ekspresi istrinya. Ia menahan diri untuk berbasa basi dahulu.

"Nindi mana?" Tidak menjawab pertanyaan Rafli, Tasya malah celingukan mencari Nindi.

"Mas kangen sama kamu" Rafli juga tidak menjawab pertanyaan Tasya. Rafli maju selangkah mendekati Tasya.

"Kenapa mas Rafli ada disini?" Tasya masih memasang muka kesal. Sesuatu yang sangat sulit ia lakukan sebetulnya.

"Sya... " Panggil Rafli dengan tatapan sendu. Ia tahu Tasya sedang cemburu dan ngambek. Rafli ingat ucapan papa mertuanya kalau Tasya bukanlah seorang Dewi yang bak malaikat. Tak bisa marah dan kesal. Tasya tetaplah perempuan yang mempunyai segala sisi perasaan. Termasuk ngambek. Ia harus sabar kalau Tasya sedang begitu, itu pesan uncle Ted padanya. Kini Rafli benar-benar mengalaminya. Tasya bisa juga ngambek berhari-hari begitu. Membuatnya kalang kabut.

"Mas memang kesini sama Fahmi untuk ketemu kamu" jelas Rafli akhirnya.

"Oo berarti ini ide mas Fahmi, seperti biasa kan..." Sahut Tasya mulai paham. Selama ini memang Rafli terkesan pasif dan lebih banyak menuruti semua ide asisten pribadinya.

"Ide kami bertiga Sya. Nindi juga tak mau kamu melamun terus. Mikirin mas"

"Siapa juga yang melamun. Apalagi mikirin mas" sahut Tasya masih dengan nada kesal meski mulai melunak. Rasa jaim bisa juga menguasai seorang Tasya.

Rafli maju lagi selangkah seraya tersenyum. Ia tahu Tasya kurang ahli kalau disuruh berperan antagonis sok jutek begitu.

"Oh begitu. Berarti cuma mas yang bingung mikirin kamu. Pesan tak dibalas, tak mau bicara, bikin mas bingung"

"Salah sendiri"

"Sya..."

"Salah sendiri mas Rafli membiarkan Wina ke kamar, salah sendiri mas Rafli sok memberikan perhatian buat Wina, salah mas Rafli bergaya serius dengan ..."

"Sya ..." Rafli menarik Tasya masuk dalam dekapannya. Ia tak tahan Tasya yang terlihat terluka dengan ucapan bernada marah. Malah terdengar suara isakan lirih dari Tasya.

"Salah mas Rafli..." Tasya memukul pelan dada Rafli. Ingin memberontak dari pelukan Rafli, tapi tak bisa. Suaminya itu dengan erat memeluknya. Seolah tak ingin melepaskannya begitu saja.

"Iya Sya. Mas yang salah. Mas memang salah. Mas minta maaf yaa..." Rafli mengusap pelan punggung Tasya. Mengecup lembut puncak kepala istrinya berulang kali. Membuat Tasya lemah. Mleyot tak berdaya.

"Maafkan mas ya sayang. Mas memang salah. Kamu boleh hukum mas apa saja tapi jangan jauhi mas. Jangan cuekin mas"

Tasya berusaha menghentikan isaknya. Merasa dirinya mirip anak kecil. Tapi bagaimana lagi, ia ingin meluapkan semua pelik yang menghimpit. Tasya mengurai pelukan Rafli. Reflek Rafli mengusap pipi merah Tasya yang basah karena tangisnya.

"Jangan nangis ya Sya" ucap Rafli lirih. Tasya menatap suaminya lekat.

"Bener bukan mas Rafli kan yang mengajak Wina masuk ke kamar?" Tanya Tasya sebetulnya tidak butuh jawaban. Nindi berulangkali menyampaikan penjelasan Rafli yang dikirim melalui WA di ponsel Nindi.

Stay With Me in Love 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang