Pagi menampakkan wajahnya. Taman yang dipenuhi bunga dan pepohonan tampak basah dan masih meneteskan sisa-sisa air hujan semalam. Embun membuat buram kaca jendela. Hawa dingin jelas masih menyeruak meski tak sebeku tadi malam.
Tasya mengerjapkan mata. Merasakan hawa sejuk yang menerpa tubuhnya. Tidurnya terasa nyenyak sekali. Spontan Tasya menggeliatkan tubuhnya. Menyadari ada sesuatu yang berbeda.
"Masya Allah..." Tasya langsung menarik selimut tebal warna putih hingga ke dada. Menyadari bahwa ia sedang berpenampilan tak biasa di balik selimutnya. Namun sebersit senyum terulas. Mengingat apa yang telah ia dan suaminya lalui semalam. Dan kembali mengulanginya sesudah sholat subuh tadi. Sepertinya ia ketiduran setelah melakukan kebersamaan bersama Rafli.
Tasya mengedarkan pandangan ke seluruh kamar. Tak ada Rafli disana. Tasya berusaha bangkit dari tidurnya sembari tetap mencengkeram selimut untuk menutupi tubuhnya. Kemana suaminya? Mungkin Rafli sedang keluar melihat sekeliling vila. Tasya akhirnya memilih membersihkan diri di kamar mandi.
Tasya sekilas menatap keluar jendela. Hari sepertinya masih sangat pagi. Matahari belum menampakkan diri secara sempurna. Entah jam berapa ini. Tasya belum sempat menyalakan ponselnya. Ia dan Rafli memang sengaja sama-sama mematikan ponsel. Jaga-jaga kalau Danu atau anak buahnya bisa mendeteksi keberadaan mereka melalui benda pintar tersebut. Iya, Tasya dan Rafli benar-benar ingin memaksimalkan kebersamaan mereka.
Tasya pun keluar dari kamar. Hendak mencari keberadaan suaminya. Baru saja ia membuka pintu kamar, tercium aroma sedap yang bisa Tasya tebak dari arah dapur. Rumah yang dijadikan vila ini memang tak terlalu besar. Jarak kamar yang ditempati Tasya dan Rafli hanya beberapa langkah dari dapur. Tasya bisa memastikan pasti Rafli saat ini sedang berada di dapur.
Tebakan Tasya tak salah. Rafli memang ada di dapur. Tasya melihat Rafli sedang asik berdiri di depan kompor. Aroma sedap makin tercium jelas ketika ia sudah berada disana. Tasya berjalan perlahan mendekati Rafli. Tapi rupanya Rafli bisa mendengar suara langkah kaki Tasya.
"Kamu sudah bangun sayang" sapa Rafli menyambut Tasya yang kini sudah berdiri di sampingnya.
"Mas masak apa? Maaf Tasya kok malah ketiduran"
Rafli tersenyum. Menghadapkan badan ke arah Tasya setelah mematikan kompor.
"Tak apa sayang. Kamu pasti capek gara-gara mas ya" ucap Rafli sembari memindai istrinya. Tasya sedikit malu mendengar ucapan suaminya. Ikut memindai dirinya sendiri ketika sadar Rafli sedang memindainya.
Tasya sadar ia hanya mengenakan jubah mandi yang tadi tersedia di kamar mandi. Tasya hanya membawa satu buah baju tidur saja. Jadinya ia menghemat pakaian dengan memakai bathtrobe warna putih tersebut. Beruntung bathtrobe yang disediakan berukuran lumayan besar untuk ukurannya. Bahkan rambutnya masih basah dan air masih menetes karena tak ada hair dryer disini.
"Mm...Tasya cuma baju ganti satu. Semalam sudah kotor terkena hujan. Dan tidak ada hair dryer disini" ujar Tasya merapatkan bathtrobe yang dikenakannya sebisa mungkin. Meski bathtrobe tersebut berukuran besar tapi pakaian seperti itu tak bisa menutup seluruh tubuhnya dengan baik.
Rafli tertawa kecil melihat sikap Tasya yang seperti salah tingkah dan malu.
"Mas malah suka kamu pakai ini. Lebih suka lagi kalau tidak pakai apapun..." Ujar Rafli melanjutkan tawa kecilnya.
"Apaan ya mas ini" Tasya menunduk malu.
"Maaf ya bikin kamu harus basah-basahan terus begini" bisik Rafli sembari mengecup pipi istrinya.
"Ayo kita sarapan. Mas yakin kamu pasti lemas dan butuh asupan" Rafli masih menggoda Tasya yang tak bisa lagi menutupi rona merah di wajahnya. Sepertinya Rafli makin ahli mengusili istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 3
SpiritualSekuel Stay With Me in Love 2 Semua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Selamanya rasa yang ada tetap menjadi asa ketika tak terucap. Menjadi perih ketika t...