Assalamualaikum Warohmatulloh...Tasya menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri. Tanda mengakhiri qiyamul lail nya malam ini. Diusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Saat seperti ini selalu saja ia rindukan. Sepi, tenang, syahdu dan hening. Saat dimana ia bisa tersungkur dengan lebih fokus dan tenang di hadapan Ar Rahman dan Ar Rahiim. Menceritakan semua gundah gulana atau sekedar makin mengokohkan betapa Allah sangat dekat dengan hambanya. Hamba yang selalu rindu dan mau mendekat kepadaNya dalam kondisi apapun.
Betul sekiranya perkataan seorang Sayyidina Umar bin Khathab. Hamba mulia sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga oleh Allah Ta'ala. Tak pernah melewatkan malamnya tanpa melakukan sholat tahajud. Beliau berkata : "Sekiranya bukan karena tiga hal, aku tidak ingin hidup lebih lama, yaitu berjihad di jalan Allah, bersusah payah pada malam hari dan berkumpul dengan orang banyak untuk mendapat nasehat-nasehat terbaik, seperti mengambil buah-buah terbaik"
Iya, meski terkesan bersusah payah bangun di malam yang dingin. Di saat tidur dan bergelung dibalik selimut yang hangat begitu nikmat, tapi harus berjuang untuk tegak berdiri menghadap Al Khaliq. Namun kenikmatan bersujud di sepertiga malam, nyatanya berkali lipat lebih banyak dibandingkan kenikmatan tidur di balik selimut yang hangat. Membuat kita paham, kenapa Sayyidina Umar bin Khathab berkata seperti itu. Bahwa qiyamul lail salah satu dari tiga hal yang membuat hidupnya bahagia dan nikmat.
Tasya berdiri sembari melihat jam digital di mejanya. Waktu subuh kurang sekitar 20 menitan lagi. Tasya memilih duduk di ranjang sembari berzikir. Ketika melewati meja belajarnya, Tasya sempat melirik tumpukan kertas disana.Tasya menghela napas. Seminggu ini ia memang seperti diburu pekerjaan. Berkas-berkas rumah sakit yang seharusnya bukan tugasnya, dilimpahkan padanya. Dulu ia memang sudah sering diperlakukan begitu. Tapi seminggu ini makin banyak dan menumpuk. Bahkan bu Poppi sendiri yang mendatangi ruangannya. Memintanya menandatangani ini itu. Katanya semua itu berkas untuk poli gigi.
Tasya menyandarkan punggungnya ke sandaran ranjang. Ia berusaha tak mengeluh. Kondisi manajemen rumah sakit itu sudah tak baik. Ia memang hanya bisa ngedumel dalam hati. Tasya hanya berharap waktu 2,5 bulan sisa masa intershipnya di rumah sakit itu segera berlalu. Dan ia bisa menentukan langkah selanjutnya untuk masa depannya sebagai seorang dentis.
Seharusnya aku cerita kr mas Rafli... Gumam Tasya dalam hati. Di acara gala dinner tempo hari Tasya baru tahu kalau ternyata Rafli lah investor yang membantu rumah sakit tempat ia intership dari jurang kebangkrutan. Setidaknya Rafli seharusnya mengetahui bagaimana kondisi rumah sakit saat ini. Seharusnya Rafli tahu kalau bantuannya sepertinya tak membuat administrasi rumah sakit membaik. Tak membuat kinerja para pegawainya menjadi makin baik pula.
Ah tidak-tidak...Tasya menggelengkan kepala. Memangnya siapa dia? Batin Tasya menyadari apa posisi dirinya di rumah sakit tersebut. Dan siapa dirinya dalam keluarga Rafli. Ia tak mau seperti sudah sangat familier.dengan keluarga tersebut sampai bisa ikut campur masalah bisnis mereka. Bagaimanapun dirinya tetap saja orang luar. Saudara hanya karena pernikahan. Sekedar begitu saja.
Tasya masih ingat bagaimana bu Poppi berceloteh tadi siang. Tepatnya ketika perempuan bertubuh tambun itu mendatangi ruangannya untuk meminta tolong dirinya memeriksa berkas asuransi kesehatan milik rumah sakit. Sebuah kejadian langka , bu Poppi sang kepala HRD mendatangi ruangannya. Bu Poppi dikenal bukan hanya sebagai kepala HRD di rumah sakit tersebut, tapi banyak yang tahu kalau perempuan yang hampir selalu menggelung kecil rambutnya itu dekat dengan si pemilik rumah sakit.
"Oo jadi dokter Tasya ini yaa...bisa dibilang saudara bukan juga ya. Kan pakdenya dokter Tasya sudah meninggal ya. Sudah putus tuh tali saudaranya" celoteh bu Poppi ketika perempuan itu sempat bertanya detail bagaimana hubungan Tasya dengan keluarga Sasmita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 3
ДуховныеSekuel Stay With Me in Love 2 Semua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Selamanya rasa yang ada tetap menjadi asa ketika tak terucap. Menjadi perih ketika t...