Banyaklah masa antara masa
Tidak seelok masa saat bersuka
Meninggalkan sembahyang dah jadi biasa
Tidak takut akan api nerakaManusia katanya selalu mempunyai dua sisi yang berlawanan. Seburuk-buruknya manusia ada baiknya. Sebaik-baiknya manusia ada buruknya. Katanya sih. Namun faktanya kebaikan yang ditampilkan manusia yang terlanjur menceburkan dirinya dalam keburukan seringkali palsu. Sekedar mencari simpati demi berhasilnya misi keburukan yang dijalankan.
Karena standar baik buruk memang bukan sekedar kacamata manusia. Sedekah itu baik tapi jika karena ingin diliput media dan membuat namanya tenar jelas buruk dalam pandangan agama. Mendatangi majelis taklim itu sangat baik, tapi jika diniatkan sekedar mencari jodoh tidak meluruskan niat maka menjadi buruk.
Tertipu dengan label baik ternyata buruk, sering menjebak manusia dalam dosa yang tak terasa. Amalan yang dilakukan menjadi debu, karena berniat selain karena Allah. Melelahkan dan menjauhkan. Iya, manusia yang terlihat beramal baik namun sejatinya terselip niatan lain bernilai keduniawian pada titik tertentu akan lelah. Makin menjauhkannya dari sang pemilik hidup. Karena tak ada keberkahan disana.
"Katakanlah, "Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya" (QS. Al Kahfi : 103-104)
"Terimakasih pak dokter..." Ucap seorang lelaki berpikir lusuh sembari membungkukkan badan di depan dokter Danu.
"Iya...iya semoga bermanfaat" sahut dokter Danu memasang ekspresi terbaiknya.
Barisan para penerima bantuan sembako yang terdiri dari tukang becak dan pedagang asongan di sekitar rumah sakit itu terus berjalan. Semua tampak membungkuk hormat ketika tepat melewati dokter Danu. Wajah bengis penuh muslihat yang sering ditampakkan dokter Danu, berubah menjadi wajah ramah penuh kasih sayang.
Bu Poppi yang berdiri persis di belakang bosnya itu tak ketinggalan terus menampilkan senyum di bibir merah cabenya. Sadar betul ada banyak sorotan kamera mengarah ke mereka. Beberapa staf direksi yang sering mendampingi dokter Danu pun berada disana.
"Dokter Danu memang patut dicontoh. Pengusaha multitalenta yang selalu peduli pada sesama" di sela acara pembagian paket sembako, beberapa wartawan tampak mewawancarai Danu.
"Ya ya. Itu harus. Kita harus selalu mengingat nasib orang lain yang tak seberuntung kita" sahut Danu dengan tawa lebarnya.
"Saya dengar beberapa perusahaan dokter Danu terancam pailit. Apakah benar?"
Dokter Danu membetulkan Snelinya sejenak. Berdehem untuk mencari jawaban terbaik.
"Ya namanya usaha. Ada masa jaya ada masa menurun. Tapi semua perusahaan saya pastikan baik-baik saja. Justru dengan berbagi begini, rezeki kita akan ditambah. Bukan begitu?" Jawaban Danu mendapat tepukan tangan dan anggukan dari banyak orang disana.
Wina yang sedari tadi menonton gaya sang papa di pojok aula rumah sakit hanya menatap sinis dengan senyum miringnya. Entah manuver apalagi yang dilakukan papanya sekarang ini. Apa ini perintah mama Lusi, si ibu tiri yang selalu menyetir papanya. Atau ide perempuan tambun yang berdiri di belakang papanya itu. Wina kira ini ide orang-orang itu. Wina yang semula ingin tahu atas acara sosial ini, akhirnya memilih pergi dari sana.
Hari Minggu ini Danu mengadakan acara berbagi sembako di rumah sakit. Tak tanggung-tanggung, Danu mengundang sejumlah wartawan untuk meliputnya. Tukang becak, pedagang asongan dan tukang parkir diboyong semua ke tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 3
SpiritualSekuel Stay With Me in Love 2 Semua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Selamanya rasa yang ada tetap menjadi asa ketika tak terucap. Menjadi perih ketika t...