Meneguhkan hati. Sebuah proses yang harus dilalui orang yang berhijrah. Berubah dari fase kehidupan yang dirasa sering berkubang dosa menuju ke fase kehidupan penuh dengan amalan. Atau fase dimana seorang manusia yang sudah baik, ingin makin bertambah baik dan senantiasa baik. Baik di sini tentu dalam frame agama. Baik di hadapan sang Pencipta, Maha Pemilik dan Maha penilai kebaikan.Meneguhkan hati bermakna mengeraskan, menguatkan atau mengukuhkan. Hati disini yang dimaksud tentu saja berhubungan dengan qalbu. Dimana dari sana terpancar kebaikan jiwa. Qolbu memang tidak bisa diindera, tapi dirasakan. Dari qolbu terpancar akhlak dan kekuatan iman seorang hamba. Maka keteguhan hati atau lebih tepatnya keteguhan qolbu sangatlah penting untuk dimiliki. Karena bersih dan lurusnya qolbu penentu hanifnya seorang hamba mencapai level taqwa.
Maka seharusnya memang tak ada perbedaan antara orang baru berhijrah, sudah berhijrah atau sudah stabil dalam melaksanakan hukum Allah dalam hal meneguhkan hati. Karena sesungguhnya qolbu bisa berubah. Bisa berkurang atau bahkan menjadi sempit dan kotor. Semua berpotensi menjadi baik dan sebaliknya semua juga berpotensi menjadi buruk.
Itulah sejatinya kehidupan dunia. Mempertahankan qolbu sekuat mungkin menuju wujud seorang hamba muttaqin. Siap menghadap sang Rabb dalam sebaik baik keadaan. Dengan qolbu utuh, teguh sekeras karang mempertahankan keimanan dan ketundukan sampai nyawa tercabut.
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)', dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik" (QS. Al Hadid : 16)
Sinar matahari terlihat sangat tajam menembus kisi-kisi kaca yang terbuka. Membuat ruangan kerja yang di dominasi warna coklat dan putih itu tampak terang. Hari memang hendak menuju ke puncak panasnya sang raja siang. Waktu tengah hari sebentar lagi menjelang.
Rafli meletakkan parker hitam yang ia pakai menandatangani berkas-berkas yang baru selesai ia periksa. Masih ada setumpuk berkas lagi di sebelah kanannya yang menunggu untuk diperiksa. Ternyata bekerja itu memang melelahkan. Butuh fokus dan mengerahkan energi. Baik fisik maupun pikiran. Berbeda dengan kuliah. Tapi jika mengingat sebetulnya niat apa yang harus dicanangkan kuat ketika melakukan apapun, tentu semua itu menjadi ringan. Ketika diniatkan ibadah, Lillahi Ta'ala.
Diambilnya gelas berisi teh tawar yang tadi disediakan oleh OB kantor. Teh yang sudah tak hangat lagi itu masih tersisa separuhnya. Rafli pun meneguknya hingga tandas. Membasahi kerongkongan yang dari tadi dibiarkan kerontang.
Sekilas Rafli melirik jam digital yang ada di atas meja kerjanya yang besar nan elegan tersebut. Penunjuk waktu hampir menuju pukul setengah sebelas siang. Kurang sekitar 45 menitan lagi ia harus ke masjid untuk sholat jumat. Biasanya hari jumat begini, ia sering mencari masjid berbeda. Tentu saja itu dilakukannya bersama Fahmi.
Sejenak disandarkan punggungnya ke kursi hitam yang bisa berputar itu. Melepaskan sedikit penat karena sejak pagi harus berkutat membaca berkas dan menelitinya. Rafli melirik gawai silver yang tergeletak tepat di depannya. Seolah lebih menarik daripada berkas maupun file yang seharian ini harus ia lihat dengan seksama.
Ah iya, komenku...gumam Rafli tiba-tiba mengingat komen yang ditujukan pada Tasya. Hampir lupa. Itu sudah dua hari yang lalu. Rafli penasaran, apa Tasya sudah membaca atau bahkan sudah membalasnya.
Adri_Rafli how are you @ TasyaZahra
TasyaZahra Alhamdulillah baik. Bagaimana kabar mas Rafli sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 3
SpiritualeSekuel Stay With Me in Love 2 Semua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Selamanya rasa yang ada tetap menjadi asa ketika tak terucap. Menjadi perih ketika t...