Orang tua. Terbayang di benak kita sosok perempuan yang kita panggil ibu, mama, bunda atau semakna dengan itu. Tak ketinggalan juga sosok lelaki yang kita panggil ayah, papa, bapak atau yang semisal itu. Karena orang tua memang identik dengan dua manusia berbeda jenis yang memiliki andil atas lahirnya seorang anak di muka bumi ini.Orang tua adalah dua orang yang berperan besar akan adanya seorang anak. Keberadaan sebuah generasi sangat tergantung dari keberadaan orangtua. Pun kualitas generasi penerus, tercermin juga dari kualitas orang tua. Namun pada kenyataannya masih sering terdengar kabar, bagaimana nasib orang tua yang terlunta, merana di usia senja, kala raga renta. Bahkan tak sedikit anak atau cucu yang memperlakukan orang tua bak barang bekas yang tak memberi keuntungan selain hanya keribetan.
Bahwa orang tua bagi para penganut paham kapitalis, hanyalah dua manusia yang melahirkan. Sudah begitu saja. Bahkan di negeri penganut kapitalis, orang tua belum tentu terikat pada pernikahan. Nama orang tua hanyalah karena sebagai penyumbang sel sperma dan sel telur. Ketika orang tua menyekolahkan, membelikan pakaian dan kebutuhan lainnya, dianggap sebagai sebuah kewajaran atas azas hak dan kewajiban sebagaimana dalam pelajaran PPKN anak sekolah dasar. Maka ketika orang tua menjadi renta, tak bisa bekerja tak ada sebuah pemahaman, jikalau anak pun memiliki tanggungjawab untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan orang tua sebagai bentuk ibadah. Bukan sekedar balas budi atau balas jasa.
Iya, islam memuliakan orang tua. Bukan hanya sekedar karena azas kesopanan atau balas budi. Melainkan merupakan perintah tauhid. Birrul walidain memiliki bab fiqih tersendiri. Islam memandang begitu besar arti dua manusia berlainan jenis yang kemudian menikah dan menghasilkan keturunan. Membuat posisi mereka menjadi orang tua. Orang tua memiliki keberkahan dan keutamaan dengan adanya anak-anak. Bukan sekedar anak yang lucu dan cerdas tetapi anak sholeh sholihah. Anak yang hadir karena ikatan halal dan suci. Begitulah agama menuntun hamba senantiasa hidup dalam kebaikan dan bersih. Karena selamanya air comberan tak akan pernah menjadi bening meski dimasak dan disaring. Kehidupan seorang hamba yang taat, selamanya menjadi keberkahan dan kemilau karena sang Pemilik Hidup sendiri yang menuntun. Maka muliakan orang tua.
Arini sedikit meregangkan otot. Ia sudah duduk di bangku yang ada di lobby kampus FKG Unair. Lalu lalang mahasiswa membuat suasana kampus masih terlihat ramai. Padahal jam sudah menunjukkan hampir pukul setengah dua siang.
Hari ini seharusnya Arini kuliah hingga jam tiga sore. Tapi karena dosen pengampu ada halangan, akhirnya kuliah akhir ditiadakan. Kebetulan tugas Arini merawat pasien pedo nya juga sudah usai. Arini pun memilih pulang saja.
Menikmati kembali suasana kampus sungguh hal yang tak terduga buat Arini. Sejak menikah dan akhirnya hamil kemudian lahirlah Tsabita, Arini sempat memendam keinginannya melanjutkan jenjang spesialis. Sebuah cita yang sempat ia rangkai ketika masih kuliah S1.
Setiap melihat wajah lucu nan menggemaskan milik putri kecilnya, Arini selalu mementahkan niatnya itu. Baginya, Tsabita adalah harta berharga yang harus ia jaga. Arini tak rela menitipkan Tsabita pada pengasuh. Baginya segala perkembangan putrinya itu harus dirinya yang paling dulu mengetahui. Dan dari dirinyalah Tsabita belajar dan meniru apapun untuk pertama kalinya."Bita sudah dua tahun, sayang. InsyaAllah Bita sudah mulai bisa mengeksplore diri dengan luas. Ia bisa ditinggal, bergaul dengan banyak orang selain kamu bundanya" Arini teringat perkataan Alif mengingatkan Arini akan cita-citanya. Di awal menikah dulu keduanya pernah mengungkapkan keinginan dan cita-cita apa yang ingin diraih. Meski telah menikah. Jika Alif ingin lanjut program doktoral maka Arini ingin lanjut spesialis.
Dan disinlah Arini. Kembali bergelut dengan pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG Unair. Kenbali bergelut dengan diktat. Merasakan kembali mulas ketika hendak menghadap dosen, meski rasa mulas tersebut tak sehebat dulu. Bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai kampus almamater lain yang usianya tak sama. Beda dengan dulu ketika masih S1. Satu angkatan usianya sebaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 3
SpiritualSekuel Stay With Me in Love 2 Semua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Selamanya rasa yang ada tetap menjadi asa ketika tak terucap. Menjadi perih ketika t...