Ikut, mengikuti dan ikut-ikutan. Tiga kata yang berasal dari kata dasar yang sama yaitu ikut. Mendapat awalan dan akhiran hingga menjadi sebuah kata yang memiliki makna berbeda dari kata dasarnya.
Ikut menurut KBBI bermakna turut, serta atau melakukan sesuatu sebagaimana dikerjakan orang lain. Ketika mendapat awalan me dan akhiran -i yaitu mengikuti maka bermakna memperhatikan (mendengar, membaca dan sebagainya). Maka ketika seseorang memilih untuk mengikuti sesuatu ia akan memperhatikan. Tentu saja memperhatikan dengan cara mendengar, membaca dan mengerahkan segenap aspek panca indera dan kemampuan yang dipunya untuk ikut seperti sesuatu atau seseorang yang diikuti tadi.
Mengikuti tanpa sadar dibutuhkan sebuah energi dan upaya. Ketika seseorang ikut dan mengikuti suatu trend, maka orang tadi akan berusaha mencari info sebanyak dan sedetail mungkin tentang trend yang ingin ia ikuti tadi. Semisal trend bergaya bak drama korea. Maka ia akan terus mencari info tentang apa saja yang harus ia pakai agar seperti para pemain drama korea. Berburu skin care yang katanya bisa membuat wajah seperti artis korea, membeli pakaian kekinian seperti dipakai di drama korea, mempelajari bahasanya agar lebih mengena, menyenangi aneka makanan ala korea meski terkadang tak cocok di lidah. Itu semua upaya karena ingin mengikuti sebuah gaya hidup tertentu.
Bahwa dorongan untuk ikut dan mengikuti tersebut selalu ada pada diri tiap manusia. Sadar atau tidak. Manusia selalu mencari sesuatu yang ingin ia jadikan pedoman. Untuk diikuti dan mengikutinya. Karena memang jamaknya seringkali manusia melihat gaya hidup orang lain yang dianggapnya cocok.
Mirisnya ikut mengikuti ini bukan sekedar merambah penampilan berdandan, berbusana atau makanan favorit. Ikut mengikuti terkadang sampai mneyeret pada sesuatu yang hakiki yaitu tentang keyakinan. Bergesernya dan degradasi agama yang makin jauh karena dimulai dari sekedar ikut mengikuti dan menjadi ikut-ikutan.
Akidah yang tak menancap kuat bak pohon dengan akar yang lemah. Batang dan daunnya mudah rontok karena terpaan angin. Bahkan gampang roboh hanya karena terpaan kecil. Tak mampu menyikapi apalagi memfilter yang dilihat, didengar atau dibaca. Sekedar ikut, mengikuti akhirnya ikut-ikutan. Hingga berubah menjadi sesuatu yang diikuti. Sebuah gaya hidup yang jauh dari nilai agama. Akhirnya menjadi bagian dari kaum yang dilabeli sang Rabb sebagai kaum fasik, kemudian menjadi kufur bahkan sampai menjadi kufar.
"Barangsiapa mengikuti suatu kaum, dia termasuk kelompok mereka" (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Pertanyaannya, sudah benarkah yang kita ikuti hingga kita rela mengikuti setiap detailnya dan rela ikut-ikutan dengan segala hal dari yang kita ikuti tadi? Hingga kemudian kita rela menjadi bagian kelompok yang kita ikuti tadi?
Surabaya dan panas. Dua kata yang tak terpisah. Sebagai salah satu kota besar di negara ini, Surabaya dikenal sebagai kota yang sibuk. Banyak gedung tinggi, kendaraan yang selalu mengular dimana-mana hingga geliat warganya yang hampir 24 jam. Ditambah gerah, panas, macet menjadi pemandangan biasa di kota ini.
Arini menuang puding coklat yang telah ia buat ke dalam loyang. Ia biarkan sebentar puding tersebut di atas meja. Setelah uap panasnya menghilang, puding tersebut akan ia simpan dalam lemari es. Tentu menikmati puding lebih nikmat jika dalam kondisi dingin.
"Telurmya jadi dibumbu balado apa dibumbu opor, Mbak?" Tanya bik Yati, asisten rumah tangga yang sudah lama ikut kakek. Dan kini menjadi asisten rumah tangga di rumah Arini. Meski kini Arini sudah menjadi ibu, bik Yati tetap memanggilnya mbak.
"Papa senangnya di opor bik. Tapi sekarang katanya mengurangi santan. Takut kolestrol" jawaban Arini tidak memberi kepastian. Membuat bik Yati masih bingung.
"Ya sekali kali ndak apa, Mbak. Kalau ndoro yang kung senang opor ya dibumbu opor aja" saran bik Yati pada majikan mudanya itu.
"Em, baiklah. Di opor saja" putus Arini akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 3
SpiritualSekuel Stay With Me in Love 2 Semua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Selamanya rasa yang ada tetap menjadi asa ketika tak terucap. Menjadi perih ketika t...