Tasya terus menjalankan mobil milik Wina. Tegang. Iya, itu yang dirasakan Tasya. Menyetir dalam keadaan tegang. Bila memang pintu doraemon ada dalam dunia nyata, ia ingin meminjamnya. Tak perlu mengantar Wina dengan mobil begini. Tak harus bertegang ria di dalam mobil bersama orang mabuk yang bisa melakukan apa saja diluar kesadarannya.Tasya berusaha fokus ke arah jalan. Meski itu sangat sulit ia lakukan. Beberapa kali ia harus melirik Wina. Memastikan gadis itu tetap tenang dan tak melakukan gerakan apapun yang mungkin diluar dugaan Tasya. Di Inggris memang ia sangat familiar dengan orang yang meminum khmar atau minuman beralkohol. Setidaknya Tasya melihat teman kuliahnya mengkonsumsi khmar seperti layaknya ia mengkonsumsi air mineral. Seperti sebuah kebutuhan pokok. Jelas karena mereka orang bule kebanyakan bukanlah muslim. Alasan mereka minum juga diantaranya untuk menghangatkan tubuh. Karena cuaca dingin di Inggris yang memang sanggup membekukan tubuh.
Tentu saja Tasya menghormati kepercayaan mereka. Agamanya mengajarkan toleransi yang begitu luas. Bukan toleransi kaleng-kaleng yang sekedar jargon. Sekedar simbol mengucapkan selamat ketika agama lain merayakan hari besarnya. Dan mereka yang tak mau mengucapkan dilabeli untoleransi. Bukan sekedar begitu. Sejak kecil Tasya dan Samudera, adiknya mendapat didikan dari sang papa dan mamanya bahwa agama yang dianutnya adalah yang terbaik dan benar. Agama yang akan menyelamatkannya hingga ke akhirat bukan sekedar di dunia. Tapi diluar sana banyak penganut agama lain yang harus mereka hormati dan menganggap mereka sebagai teman baik selama mereka tidak mengganggu. Tetap saling membantu asal bukan dalam masalah peribadatan. Hanya sebatas masalah muamalah umum. Menolong yang sakit, mengunjungi ketika ada yang melahirkan atau hubungan sosial umum lainnya. Tanpa harus mencederai keyakinan ketuhanan mereka. Begitu sederhana. Namun banyak orang 'pintar' membuatnya terlihat rumit dan seperti saling bermusuhan.
"Katakanlah (Muhammad) "Wahai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah, untukmu agamamu dan untukku agamaku" (QS. Al Kafirun 1-6)
Namun Tasya belum pernah bertemu langsung dengan orang yang mabuk berat seperti Wina saat ini. Meracau dan bertindak impulsif. Tak terduga. Meski Tasya pernah juga mendengar kisah-kisah orang mabuk yang malah berbuat aneh bahkan diluar nalar. Mulai menceburkan diri di kolam hias yang ada di taman kota, tertidur di tengah jalan hingga bertindak asusila tanpa sadar. Karena itulah kenapa islam melarang khmar, narkoba atau apapun yang memabukkan hingga membuat akal tak bisa berfungsi alias kehilangan akal atau kesadaran. Karena keagungan seorang manusia adalah bertindak karena kesadaran akalnya.
"Aku benci kamu Sya...aku mau Adri...mau..." racauan Wina kembali terdengar. Membuat Tasya kembali menatap Wina. Gadis itu masih memejamkan matanya.
Huhft...Tasya melepaskan ketegangannya sejenak.
Sungguh Tasya rasanya ingin memacu secepat mungkin laju kendaraan yang sedang ia kemudikan. Beruntung hari masih pagi. Kondisi jalanan kota Semarang belum terlalu padat. Meski Tasya melihat anak berseragam dan pegawai kantoran mulai tampak di jalan. Bahkan Tasya tak memikirkan kemungkinan bahwa ia akan terlambat kerja. Begitu pula Nindi. Sesekali Tasya memantau mobil miliknya yang dikemudikan Nindi lewat spion mobil. Memastikan Nindi mengikuti laju mobilnya.
Sampai akhirnya mobil yang dikemudikan Tasya mulai memasuki perumahan mewah. Real estate berkelas di kota Semarang. Tasya masih mengingat jelas dimana rumah Wina. Karena ia dulu pernah mengantarkan gadis itu. Tasya terus melafalkan doa meski tujuan mulai dekat.
Tasya menginjak rem setelah mobil berhenti tepat di sebuah rumah dua lantai bergaya eropa. Hampir semua rumah dilapisi batu granit yang kokoh. Tampak seperti istana. Tasya menghela napas. Kembali memperhatikan Wina yang terus meracau pelan tapi terus memejamkan mata. Tasya bahkan tak bisa lagi mendengar apa yang sedang diracaukan Wina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me in Love 3
SpiritualSekuel Stay With Me in Love 2 Semua tak akan ada artinya jika hanya sebatas kata-kata belaka. Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa. Selamanya rasa yang ada tetap menjadi asa ketika tak terucap. Menjadi perih ketika t...