Please Don't!

1.8K 147 21
                                    


JISOO POV

Hembusan angin malam yang dingin menerpa wajahku. Suara riuh angin bertiup indah mengisi telingaku seperti itu adalah nyanyian yang dapat menenangkan. Aku sudah menghabiskan dua gelas ginseng hanya untuk menghangatkan tubuhku. Eomma baru saja tidur sejak dia mendapat kabar bahwa chaeng dan somi sudah menemukan jennie bersama lisa di Sungai Han. Sebelumnya eomma sudah menceritakan semua yang terjadi saat makan malam. Aku mengasihani jennie atas perlakuan appa untuk keskian kalinya. Harusnya aku percaya ketika jennie mengatakan bahwa appa tidak pernah benar-benar berubah. Aku tidak menyangka dia melakukan hal ini lagi pada eomma, pada jennie

Ketika aku sampai di Mansion Kim ini, aku mendapati appa sedang berlutut berusaha meminta maaf pada eomma tapi dia hanya mendapatkan penolakan dingin dari istrinya. Eomma tidak ingin mendengarkan kata maaf yang membosankan untuk kesekian kalinya sehingga dia meminta appa untuk tidak berada di sekitarnya dulu saat ini. Chaeng memintaku untuk tinggal disini dan menjaga eomma selama mereka mencari adikku. Setelah satu jam berlalu akhirnya mereka berhasil menemukan keduanya di Sungai Han, istriku mengirim potret keduanya tengah duduk mesra. Kemudian chaeng mengatakan bahwa dia lapar dan akan makan bersama somi jadi aku membiarkannya. Aku memintanya untuk segera pulang ke apartement karna ini sudah sangat larut, selain itu alice eonnie ada disana jadi dia perlu menemaninya

Pikiranku berputar pada masa lalu yang menyedihkan yang kami alami saat itu. Kupikir aku akan melihatnya sebagai kisah lama yang cukup buruk yang sudah kami lalui tapi ternyata aku salah. Kisah itu masih berjalan meskipun waktu sudah berlalu selama bertahun-tahun. Hal itu kembali terulang setelah bertahun lamanya appa melakukannya

Aku ingat saat itu aku berumur sepuluh tahun sementara jennie satu tahun lebih muda dariku. Kami sedang bermain di halaman belakang bersama seorang suster yang di percaya untuk menjaga kami di saat appa dan eomma sibuk dengan bisnis mereka. Namun tiba-tiba saja teriakan keras terdengar dari kamar utama yang membuat kami sontak terkejut. Suster bergegas menarik kami untuk masuk ke ruang bermain di kamar karna suara berisik itu semakin keras, aku bisa mendengar pecahan kaca di lantai akibat barang yang di lemparkan. Jennie sangat ketakutan, wajahnya pucat dan tangannya yang gemetar tidak berhenti menarik bajuku. Dia takut aku meninggalkannya atau menjauh selangkah saja darinya. Aku merasa tersakiti hanya dengan melihatnya seperti ini lagi, ketakutan dan panik

"Nona, tetaplah disini dan aku akan mengambilkan banyak cokelat untuk kalian. Setelah itu kita akan bermain bersama, ne?" Suster membujuk lalu pergi meninggalkan kami di kamar

Adikku meringkuk di tenda kecil kami dengan wajah yang menyedihkan, air matanya mulai membasahi kedua pipi chubbynya, lututnya di tekuk sementara tangannya terus memegangi bajuku. Meremasnya kuat

"Hey tenanglah. Semuanya akan baik-baik saja. Aku ada disini bersamamu"

"Eonnie, suara apa itu? Kenapa eomma berteriak?"

"Aniya, eomma hanya sedang berbicara pada appa"

"Tapi eonnie, itu teriakan. Ayo lihat eomma?" Dia mengajakku keluar tapi aku tidak menyetujuinya

"Kau dengar apa yang di katakan suster? Tetaplah disini. Jangan nakal" ujarku mencubit pelan hidung kecilnya

Jika aku sudah sedikit lebih dewasa saja, rasanya aku ingin mengajak jennie untuk pergi dari rumah agar dia tidak terus menerus melihat kejadian seperti ini. Aku berusaha menenangkannya meskipun aku juga merasa tidak baik-baik saja. Aku perlu menjaga adikku karna terlalu muda untuk kami mengetahui pertengkaran orang tua kami. Sejak itu jennie mengalami panic attack untuk banyak hal di sekitarnya seperti keramaian, stres , perubahan suasana atau mood yang tiba-tiba dan masih banyak lagi

Lovekey (LOWKEY 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang