"Kamu akan baik-baik saja selama hidup mu didampingi oleh orang-orang yang menyayangimu. Setidaknya itulah definisi sederhana dari bahagia bagi mereka yang memiliki tempat untuk pulang dan bahu untuk bersandar dari isi dunia yang suka menipu."
. . . . .
"Sayang bangun, sudah siang nanti kamu terlambat." Yang dibangunkan justru kian mengeratkan pelukannya pada guling kesayangannya. Sama sekali tidak berniat untuk menyahuti teriakan seseorang dari luar kamarnya itu.Namun kembali terdengar suara pintu yang diketuk lebih keras dari sebelumnya.
"Eshal Renjana Papah hitung sampai tiga kalau belum bangun juga papah buang semua koleksi album oppa mu itu. Ah sama novelmu juga, Papa bakar sekalian!" Ancamnya dan sukses membuat kedua mata yang sedari tadi terpejam itu melabar dengan sempurna.
"SAT...."
"IYA PAPAH INI REN UDAH BANGUN!" Teriaknya setengah kesal. Tentu saja siapa yang tidak kesal jika diancam seperti itu. Membayangkan wajah tampan oppa nya nyungsep ditempat sampah seketika membuatnya meringis ngilu. Yang benar saja.
"Langsung mandi." Lanjutnya.
"Iya." Jawabnya.
"Terus makan."
"Hem."
"Papah pergi duluan. Ada meeting pagi ini."
"Okey.." Saut Ren seraya mengambil handuk baru dilemarinya.
"Berangkat sama supir oke...jangan nyusahin Gala terus."
"Gak janji Papah."
"Pulang sekolah langsung pulang. Kalo mau pergi main kabarin papa dulu."
"Yups seperti biasa." Timpal Ren yang sudah berjalan kearah kamar mandinya.
"Belajar yang bener dan jang...."
"Jangan berisik ketika guru lagi ngejelasin." Lanjut Ren kelewat hafal dengan ucapan Papahnya itu.
Diluar Papahnya hanya terkekeh pelan. Dipandanginya pintu kamar itu dengan seksama. Waktu benar-benar tidak terasa. Perasaannya baru kemarin ia harus mengurus putri kecilnya itu ditengah-tengah kesibukannya. Kini putrinya sudah beranjak dewasa. Ia tumbuh dengan baik meskipun tanpa seorang ibu disampingnya.
Mungkinkah sudah waktunya?
"Ya udah Papah berangkat."
"Iya. Hati-hati Papahku sayang. Muahhh..."
Lagi lelaki dewasa itu terkekeh, tingkah anaknya itu memang abnormal sekali.
Heejin × Renja
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eshal Renjana (Lengkap)✔
Fanfiction"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya. "Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik. "Papah.." Gadis tersebut berhenti s...