"Waktu terus berjalan. Menghadirkan segala jenis rasa dalam kehidupan. Tak apa, itu bagian dari proses pendewasaan. Kamu harus terbiasa dengan segala jenis rasanya. Mulai dari yang menghangatkan dada hingga perasaan yang mampu membakar jiwa dan melumpuhkan raga."
. . . . .Gala memasuki kelasnya, XI IPA 3. Disampingnya ada Chandra yang baru saja selesai tebar pesona di sepanjang koridor. Tidak tau diri memang, bukannya bersyukur ada gadis yang mau bersamanya ini malah berniat menduakannya. Edan!
"Inget Nadi Chan." Tegur Gala setelah mendudukan diri dibangkunya. Sedangkan Chandra mendudukan diri tepat di bangku depan Gala.
"Ya elah gak usah dibawa serius kali Gal. Gue cuma bercanda." Kilah Chandra.
"Bercanda lo itu serius kalo udah ngebuat anak orang baper."
"Ya bukan salah gue dong kalo mereka baper. Kan gue gak ngasih harapan apa-apa ke mereka." Bantah Chandra tidak mau kalah.
Gala menyipitkan matanya sangasi mendengar pernyataan Chandra. "Nggak ngasih harapan matamu! Ngasih no wa ke cewek-cewek itu namanya apa?"
"Itu namanya silaturahmi Gala ganteng." Ucapnya enteng disertai kekehan yang sukses membuat Gala menghela napas panjang.
"Ya..ya..up to you." Gala menyerah. Sampai kapanpun berdebat dengan seorang Chandra bukanlah suatu hal yang disarankan.
Keduanya mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Suasana kelas mulai ramai, seiring dengan mulai berdatangannya murid kelas XI IPA 3. Hingga bangku disamping Gala berderit, mengalihkan atenis Gala yang semula fokus dengan smartphonenya.
"Tumbenan kalian udah pada dateng." Ucapnya membuat Chandra langsung menolehkan kepalanya kebelakang.
"Berangkat siang salah. Masuk pagi tetep aja ditanyain. Susah memang human." Celetuk Chandra dan berhasil mendapatkan satu toyoran dikepalanya. "Ardhan anjing. Tanggung jawab lo kalo gue jadi bego!"
Na Jaemin × Ardhan
"Lo emang udah bego kalo lo lupa!"
Chandra berdecak, tidak mau memperpanjang "Gak bareng Hanafi lo?" Tanyanya kemudian.
Ardhan menggeleng. "Gue liat didepan dia lagi jaga. Biasa ketua OSIS."
Ardhan kemudian mulai mengeluarkan buku pelajaran untuk jam pertama. Sebutlah jika Ardhan adalah laki-laki paling normal diantara mereka bertiga. Tidak heran ia menjadi seseorang yang begitu banyak dikagumi. Selain memang karena parasnya yang rupawan, otaknya juga cemerlang. Bahkan untuk waktu 4 bulan kedepan ia sudah terpilih menjadi salah satu perwakilan Olimpiade Matematika berpasangan. Masih lama memang, tapi sengaja. Harapannya Ardhan dapat mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk mengikuti Olimpiade tersebut. Hanya saja untuk kandidat perempuannya masih dalam proses penyeleksian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eshal Renjana (Lengkap)✔
Fanfic"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya. "Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik. "Papah.." Gadis tersebut berhenti s...