B a b _ t i g a p u l u h e m p a t

8.3K 380 9
                                    

"Tidak ada orang yang tidak memiliki masalah."
. . . . .

Kedua anak kembar yang baru saja dipertemukan oleh peristiwa yang begitu mengejutkan kini tengah saling menatap satu sama lain. Pertemuan yang seharusnya menjadi hal yang paling membahagiakan, nyatanya hanya sebatas senang di awal untuk kemudian saling bungkam.

Terlalu banyak yang mereka pendam hingga didalam hatinya hanya ada amarah yang berasal dari kekecewaan yang ditorehkan oleh ke egoisan orang tua mereka dimasa lalu.

Yang laki-laki mungkin masih bisa mengontrol diri agar tidak terpengaruh oleh kehidupan orang lain yang terlihat begitu bahagia.

Hanya saja, yang perempuan tidak. Jelas ada banyak luka batin disana.

Sebenarnya ada apa?

Teringat akan kejadian yang membuat Gala dan Renja berselisih. Tidak berselang lama kepergian Renja dari kelasnya. Ardhan langsung membawa adiknya menuju taman belakang sekolah. Tak pelak, melihat Renja yang begitu putus asa memancing ia untuk kembali mengkonformasinya dengan Haira.

"Sebenarnya ada apa?"

Kening Haira berkeryit. "Apa?"

"Kamu dan Renja. Ada apa?"

"Kenapa Bang Ardhan begitu penasaran?"

Ardhan menjilat bibirnya yang terasa kering. "Abang tau Renja bukan orang yang seperti itu." Jelasnya.

Kening Haira berkeryit. Mencoba memungkiri jika hatinya lagi-lagi diserang oleh rasa sakit. "Lalu?" Satu alisnya terangkat.

Melihat reaksi kurang menyenangkan yang ditunjukan oleh Sang Adik. Ardhan refleks mendaratkan kedua tangannya di kedua sisi bahu Haira. "Dengar, Abang tidak akan menyalahkan siapapun atas peristiwa kemarin. Abang hanya ingin kamu jujur."

"Jujur apa?" Haira terus berkelit. Sekalipun secara penuh ia sadar jika jelas Abangnya itu tidak percaya.

"Iya atau tidak jika Renja yang melukai tangan kamu?"

"Apakah itu penting?"

"Tentu. Abang tidak ingin adik Abang menjadi penyebab terlukanya hati seseorang."

"Kenapa? Abang suka sama Renja?"

Ardhan bungkam dan kebungkaman Ardhan memancing emosi lain dari dalam diri Haira. Disentaknya tangan Ardhan dikedua bahunya. Matanya memicing. Bukankah terlalu kentara jika apa yang dilakukan Abangnya saat ini hanya karena rasa sukanya terhadap gadis itu?

Haira tertawa. Miris. Pada akhirnya tidak ada seorang pun yang akan berada dipihaknya.

"Jangan mengalihkan pembicaraan. Abang hanya ingin kamu jujur." Tekan Ardhan.

"Kalau aku bilang aku sendiri yang sengaja ngebuat luka ini lalu kenapa? Abang mau mengadukannya kepada Gala? Dengan begitu keduanya berbaikan dan Gala yang berbalik membenci aku?" Terang Haira. Tenggorokannya tercekat ketika mengucapkan itu semua. Sekalipun ia berkata jujur terkait perasaannya yang sebenarnya. Memang siapa yang akan percaya? Siapa yang akan perduli?

Tidak ada!

Berapa lama pun ia menangis di keheningan malam. Tidak ada yang menghampirinya. Jangankan untuk sebuh pelukan. Sekedar kata-kata penenangpun tidak ada.

Eshal Renjana (Lengkap)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang