"Prasangkanya menimbulkan luka, apalagi jika pada kenyataannya adalah iya. Sekali lagi, bagaimana nanti ia menerimanya? Haruskah dengan terpaksa atau lapang dada? "
. . . . .
Renja hanya menatap Nadi dengan wajah tidak habis pikirnya. Setelah tadi mengamuk dengan membabi buta. Kini gadis cantik dengan pembawaan sedikit tomboy itu tengah santai menikmati makanan yang ada di meja makan. Bahkan ketika mulutnya masih penuhpun, satu tangan dengan isi satu sendok nasi itu sudah bersiap meluncur kedalam mulutnya.
Renja menghela nafas panjang dan membuangnya dengan perlahan. Mencoba untuk tidak mengomentari Nadi dengan segala kerusuhan yang ditimbulkannya. Karena percuma saja Renja berbicara, pasti Nadi seketika cosplay menjadi manusia bolot. Alias budek! Nadi bahkan terlihat acuh ketika Chandra pamit untuk pergi ke kediaman Gala tadi.
Belum selesai Renja dengan pemikirannya barusan, Nadi tiba-tiba saja terbatuk hebat. Renja yang melihatnya bukannya kasihan, justru ia mendengus kesal.
"Pelan-pelan Nad. Serius, gue nggak mau tanggung jawab andai kata lo
mati gara-gara tersedak di rumah gue!"Kepala Nadi yang semula tertunduk langsung terangkat, "Biadhapp!" Sungut Nadi dengan mulut yang dipenuhi makanan. Tangannya segera meraih gelas ber isi air putih untuk ia minum.
Renja mendengus, lalu melemparkan satu butir anggur dan tepat mengenai kening Nadi. "Makan yang bener, baru ngomong." Sindir Renja dan malah di beo oleh Nadi. Temen gak tau diri emang!
Ditengah-tengah perdebat keduanya, kedatangan Wira selanjutnya berhasil mengalihkan perhatian mereka. Nadi yang terpesona dan Renja yang menatap Papahnya bingung.
"Loh Pah, kok udah rapih banget. Kita kan perginya jam satu an. Ini bahkan baru jam sepuluh." Heran Renja.
"Maaf sayang, tiba-tiba Papah ada meeting dadakan. Lain kali saja yah kita ke Mall nya." Ucapnya merasa bersalah. Wira tidak dapat mengelak jika ia begitu merasa bersalah melihat raut kecewa yang hadir di wajah cantik anaknya itu.
Renja menghela nafas pelan. Sungguh, mereka sudah merencanakan ini dari jauh-jauh hari. "Padahal ini weekend loh Pah. Masa masih aja kerja."
"Ini benar-benar mendadak sayang. Im sorry okey? Gak papa kan Papah tinggal?" Wira mengakhiri kalimatnya dengan mengusak rambut Renja sayang.
Dan akhirnya Renja cuma bisa pasrah. "Iya gak papa. Tapi janji yah lain kali gak boleh batal lagi Pah." Ucapnya penuh harap.
Wira mengangguk pasti, bibirnya tersenyum begitu lebar mendapati Renja yang tidak merajuk. Anaknya benar-benar manis.
"Papah janji. Lain kali kita jalan-jalan ke Mall nya, dan kamu boleh beli apapun yang kamu mau. Dan Papah bakal nemenin kamu bahkan sampe kaki kamu pegel buat dipake jalan." Ujarnya yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eshal Renjana (Lengkap)✔
Fanfic"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya. "Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik. "Papah.." Gadis tersebut berhenti s...