"Jika tidak kamu dapati bahagia dengan orang lain. Maka buatlah bahagiamu sendiri. Meski kadang harus dengan cara pergi."
. . . . .Yukk ramein. Part terakhir dari kisah Renja
. . . .Seandainya saja manusia mau belajar untuk memahami dan mengerti bahwa tidak ada manusia yang hidupnya sempurna. Tidak akan ada manusia yang terluka karena manusia lainnya. Tidak akan ada manusia yang hidup dalam sebuah penyesalan yang amat menyesakan.
Seandainya saja.
Maka Talita, wanita yang tadi pagi dibuat terkejut dengan kehadiran sang anak di dapur. Siang ini ia tidak akan mendapati pemandangan yang membuatnya heran saat mendapati anaknya kembali ke rumah dengan kondisi kacau. Semakin bingung ketika tidak lama kemudian ia mendengar suara ribut dari arah kamar anaknya.
Gala berteriak.
Anaknya histeris di barengi dengan suara benda-benda yang saling berbenturan hingga bunyi pecahannya sukses membuat Lita menutup telinga terkejut.
Tak pelak apa yang terjadi membuat wanita tersebut bertanya-tanya dengan jantung berdebar hebat. Segera Talita berlari, menaiki setiap anak tangga yang akan membawanya ke kamar Gala.
"Gala! Hey kamu kenapa nak?" Lita berteriak. Tangannya dengan tidak sabaran memegang gagang pintu berniat membukannya, namun terkunci.
Prangg . . . .
Lita berjengkit saat kembali terdengar suara benda yang pecah karena dibanting. Nafas wanita paruh baya tersebut memburu. Sekalipun ia tidak pernah mendapati anaknya dalam kondisi seperti itu.
"Gala hey kamu kenapa? Jangan buat Mamah khawatir. Kalau ada masalah kamu bisa cerita sama Mamah nak." Talita berteriak. Menggedor pintu kamar Gala berharap dibuka namun rasanya seperti mustahil.
Ia kini bahkan dapat menangkap suara isakan dari dalam kamar.
Anaknya menangis bahkan hingga tergugu. Lita yang hanya mendengarpun turut merasakan sesak. Sontak Lita semakin dibuat kelabakan. Wanita itu khawatir bukan main.
Kakinya kemudian kembali ia bawa berlari menuruni setiap anak tangga guna menuju kamarnya untuk mengambil kunci serep kamar Gala.
"Oh Tuhan." Lirih Lita. Buru-buru wanita itu mengambil kuncinya lalu kembali berlari.
Sampai di depan kamar Gala, Lita langsung memasukan kunci pintu kamar Gala pada lubang kunci lalu memutarnya dua kali diiringi dengan ia yang menekan gagang pintu kebawah hingga pintu kamar langsung terbuka.
Matanya membulat terkejut. Selain karena mendapati kamar yang sudah tidak berbentuk dengan pecahan kaca dimana-mana.
Mendapati Gala yang tengah menumpukan kepalanya pada kedua tangan yang bertemu pada kedua kakinya yang tertekuk di samping ranjang membuat Lita memekik pedih.
Ia dapat melihat punggung sang anak bergetar hebat.
Ada apa ini?
Lita langsung berlari menghampiri. Lupa jika sewaktu-waktu bisa saja kakinya yang hanya berlapis sandal rumahan yang tipis terluka karena menginjak pecahan kaca yang berserakan itu.
Sampai dihadapan Gala dengan perlahan wanita itu mengusap rambut anaknya yang basah oleh keringat. Dengan hati yang sakit bukan main melihat Gala yang seperti itu Lita kemudian berujar lirih. "Kamu kenapa hem? Ada apa? Sini cerita sama Mamah. Mamah siap jadi pendengar yang baik buat kamu."
Tidak ada pergerakan dari sang anak, Lita segera meraih kepala Gala yang semula tertunduk untuk terangkat.
Menurut, Gala hanya diam ketika wajahnya sepenuhnya sudah berada dalam rangkuman tangan Lita. Air matanya yang masih berderai kian mengalir deras ketika mendapati Mamahnya sudah menatapnya dengan kedua mata yang memerah menahan tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eshal Renjana (Lengkap)✔
Fanfic"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya. "Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik. "Papah.." Gadis tersebut berhenti s...