"Luka paling menyakitkan adalah luka yang diperoleh dari orang-orang yang begitu dipercaya."
. . . . .Rapat dadakan guru adalah salah satu anugerah terindah yang keberadaannya begitu mereka syukuri. Malah saking bersyukurnya mereka berharap kedepannya akan ada lebih banyak lagi rapat-rapat yang diadakan secara mendadak sehingga kelas mereka akan kosong. Tanpa adanya kegiatan pembelajaran yang membuat kepala mereka pening. Atau lebih baiknya lagi ketika kegiatan belajar mengajar diakhiri lebih awal. Sehingga mereka bisa pulang lebih cepat.
Maka setelah Ketua Kelas mereka selesai menyampaikan informasi menyenangkan tersebut, mereka langsung bersorak antusias. Begitu bahagia.
Lain hal nya dengan Renja. Tidak ingin menyia-nyia kan kesempatan. Renja keluar dari kelasnya tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Nadi yang menatap kepergiannya dengan bingung.
Di pikirannya sejak kemarin hanya satu. Yaitu sesegera mungkin ia harus meluruskan kesalahpahaman Gala terhadap dirinya. Mengesampingkan perasaan kecewanya terhadap Gala yang terkesan menuduhnya tanpa ampun. Renja pikir ia berhak untuk melakukan pembelaan. Meski ketika Renja mencoba jujur dengan dirinya sendiri hatinya begitu sakit mengingat bentakan Gala kepadanya beberapa waktu lalu. Namun segera dienyahkan nya perasaan itu.
Manusiawi bukan manusia untuk salah paham?
Maka dengan alasan itu Renja sangat berharap jika Gala dapat mengerti. Karena jika laki-laki itu tetap keras kepala dengan amarahnya. Demi Tuhan, hatinya luluh lantak. Itu akan sangat menyakitinya.
Renja menghentikan langkah kakinya tepat didepan pintu kelas Gala yang terbuka satu. Mendadak ragu ketika mendapati suasan kelas dalam kondisi hening saking tenangnya. Mereka tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sepertinya tidak ada satupun dari mereka yang berniat untuk memancing keributan.
"Permisi." Ucap Renja akhirnya.
Hampir seluruh pasang mata dikelas Gala menatap ke arahnya. Membuat Renja diserang rasa gugup karena menjadi pusat perhatian.
"Gala. Bisa kita bicara?" Tanya Renja.
Hal yang membuat hatinya kembali terserang rasa perih ketika Gala yang sama sekali tidak menanggapinya. Laki-laki itu seolah tuli hanya untuk kalimat yang Renja lontarkan. Laki-laki itu jelas mengabaikannya tanpa memberikan kesempatan untuk Renja menjelaskan semuanya.
"Gala. Gue mohon." panggil Renja lagi.
Gala masih diam. Membuat helaan nafas dalam lolos begitu saja. Mencoba menetralkan dadanya yang kembali diserang sesak, Renja akhirnya memilih untuk mengambil langkah mundur. Raut wajahnya terlihat sangat jelas menunjukan bahwa ada mendung disana.
Tepat ketika ia hendak berbalik pergi. Gala kemudian berdiri dari duduknya. Dengan pandangan mata yang menyorot Renja jauh dari kata ramah, Gala menghampirinya dengan diiringi oleh tatapan ingin tahu dari semua penghuni kelas. Tentu saja, mereka terkejut. Tidak pernah sekalipun mereka melihat pandangan Gala untuk Renja seasing itu. Ini adalah pertama kalinya mereka lihat. Gala terlihat sangat berbeda, aneh dan tidak seperti biasanya.
Sampai dihadapan Renja, laki-laki itu langsung membawanya untuk melipir. Menghindari tatapan penasaran dari teman sekelasnya.
Renja, menghela nafasnya lega. "Gue mau jelasin semuanya. Tolong dengarkan. Hanya sebentar hem." Renja memandang Gala pedih, rasanya sangat menyakitkan ketika tidak dipercaya oleh orang yang terasa sudah begitu dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eshal Renjana (Lengkap)✔
Fanfiction"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya. "Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik. "Papah.." Gadis tersebut berhenti s...