"Dia tidak akan menyalahkan siapapun atas sakitnya. Perasaannya, biar hanya jadi urusannya."
. . . . .Sejak awal Renja sudah memikirkan kemungkinan terburuk dari perasaannya untuk Gala. Tapi sungguh, ia sama sekali tidak pernah menyangka jika rasanya akan sesakit ini.
Perih sekali.
Bagaikan mimpi buruk. Perasaannya untuk Gala benar-benar bertepuk sebelah tangan.
Ia hancur.
Hatinya remuk redam oleh kenyataan yang lagi-lagi harus ia terima dengan lapang dada. Suatu kenyataan pahit bahwa dia yang dipuja ternyata menyukai orang lain.
Bukan dirinya.
Melainkan orang yang sama dengan orang yang berhasil menarik perhatian Papahnya sepenuhnya.
Ia patah hati.
Seseorang yang menjadi salah satu alasan kebahagiaannya. Kini sudah memiliki alasan bahagia yang lain.
Ia kecewa.
Bukan karena yang disuka tidak menyambut rasanya. Melainkan karena ia yang hingga saat inipun belum bisa jujur atas rasanya untuk laki-laki yang sudah menemaninya nyaris seumur ia menghela nafas di bumi.
Ia terkejut.
Untuk semua kejadian yang membuat ia begitu merasa tidak berharga. Ia bahkan kebingungan harus bersikap seperti apa nanti setelah pengakuan yang Gala utarakan padanya beberapa jam yang lalu.
Bohong jika Renja mengatakan bahwa semuanya masih akan tetap.
Mustahil. Sedangkan mulai saat ini ia mungkin tidak akan bisa lagi menatap mata laki-laki tersebut tanpa perlu teringat akan rasanya yang tidak bersambut. Ia bahkan kerepotan untuk menghentikan air matanya yang terus berderai.
Sepeninggalan Gala tadi. Renja tidak lantas masuk kedalam rumahnya melainkan kembali pergi menuju rumah Nadi. Demi Tuhan ia yakin bahwa tangisannya tidak akan reda dalam waktu yang singkat. Semuanya, terasa begitu menyesakan. Ia tidak pernah menyangka bahwa yang namanya patah hati akan sesakit ini. Hingga tidak ada hal lain yang begitu ia inginkan saat ini selain pelukan dan kata-kata baik.
Sampai dikediaman rumah Nadi. Belum ia mengetuk pintu tersebut, Nadi sudah lebih dulu keluar dari dalam rumahnya dengan raut wajah yang begitu khwatir. Maka sesaat setelah kedua matanya mendapati wajah Renja yang sembab dengan air mata yang masih mengalir deras. Segera Nadi membawa Renja kedalam pelukannya. Hatinya bahkan ikut berdenyut nyeri melihat keadaan teman nya yang jauh dari kata baik ini.
"It's okey. Semuanya akan baik-baik saja." Bisik Nadi lembut.
Mendengar kalimat tersebut. Renja semakin mengeratkan pelukannya pada Nadi. Mencari keyakinan jika apa yang diucapkan Nadi itu benar adanya. Namun nihil. Ia hanya menjumpai rasa takut dan khawatir akan ditinggalkan dan dilupakan.
Renja tergugu. Untuk saat ini saja ia ingin jujur terhadap perasaannya sendiri.
"Gue nggak baik-baik aja Nad. Untuk semuanya. Kenapa terasa begitu menyakitkan?" Lirih Renja.
Mata Nadi mengerjap. Dengan satu tangan yang masih menepuk-nepuk pelan punggung Renja. Gadis tersebut tercekat. Meski ia belum tahu apa yang menyebabkan Renja menangis seperti ini. Yang ia tahu pasti sesuatu yang tidak menyenangkan sudah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eshal Renjana (Lengkap)✔
Fiksi Penggemar"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya. "Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik. "Papah.." Gadis tersebut berhenti s...