"Ia tidak menyangka jika mencintai manusia akan sesakit ini."
. . . . .Setelah empat jam perjalanan mereka sampai di kawasan villa pada siang hari. Cuaca terik sama sekali tidak melunturkan senyumana diwajah mereka. Karena sungguh, angin sepoi-sepoi yang membelai wajah seolah menyambut kedatangan mereka merupakan suasana baru yang sangat jarang sekali didapatkan ditempat mereka tinggal yang berada di kawasan pusat kota.
Terlebih Renja. Rambutnya yang dibiarkan terurai beterbangan seiring dengan angin yang menyapanya lembut. Senyuman indah terukur dibibirnya yang merah alami. Matanya memandang takjub bangunan Villa bergaya tradisional tersebut. Terlihat dari penggunaan kayu sebagai bahan utama bangunannya.
Renja menoleh kesamping kirinya ketika dirasa tangannya dirangkul sesorang. Dan benar saja, disampingnya sudah ada Nadi yang tengah menyenderkan kepalanya di bahunya.
"Gue nggak nyangka Bang Hanaf bakalan ngajak Kira." Gumamnya.
"Emang kenapa?" Heran Renja.
"Ya berarti tandanya bener dong kalo Bang Hanaf itu pacaran sama Kira."
Renja mendelik. Sedikit bingung dengan jalan pikir Nadi. "Yaudah sih gak Papa. Lagian Kira juga anaknya baik."
"Ck..baik dari mananya. Orang judes gitu. Tuh liat, dari tadi mukanya sinis banget deh." Decak Nadi seraya dagunya menunjukan Kira yang sedang mengambil beberapa bahan makanan yang sebelumnya sudah mereka beli.
"Dih ya masa dia harus senyum-senyum tanpa alasan apapun. Bukannya terlihat ramah, jatohnya malah kek orang gila. Lagian emang bentukan wajahnya kayak gitu ya mau gimana lagi? Gak usah aneh-aneh deh lo." Omel Renja. Sedikit kesal karena temannya satu ini selalu menilai Kira hanya dengan perkiraan dan perasaannya saja. Jatohnya kan malah negative thinking. Padahal saling kenal juga nggak.
"Lagian Kira tuh gak sekaku itu kok. Tadi aja dia ngobrol bareng dimobil, malah senyum juga ke gue. Dah yah gak usah mikir aneh-aneh ke orang lain. Biarin aja, pacaran atau nggak itukan hidup mereka. Gak ngaruh apa-apa juga sama kehidupan kita." Jelas Renja panjang lebar. Ia hanya tidak mau temannya itu tersesat dalam persepsi yang dia buat tentang Kira.
"Ya tapi tetep aja wajahnya tuh ngeselin banget." Kukuh Nadi. Bola matanya sempat memutar malas.
Menggeleng, Renja lalu melepaskan kaitan lengannya dengan Nadi. "Makannya coba kenali dia lebih dekat lagi." Ujar Renja seraya berjalan menjauh. Meninggalkan Nadi yang sudah manyun. Bibirnya membeo menirukan kalimat yang tadi Renja ucapkan.
Namun belum Renja sampai di tempat tujuannya. Kepala Gala sudah lebih dulu menyembul dari balik pintu belakang mobil yang terbuka dengan tas ransel Renja digendongannya. Disampingnya ada Haira yang tengah berbicara dengan sesekali Gala tanggapi dengan kekehan. Langkahnya terhenti, ragu antara melanjutkan langkahnya atau berbalik pergi menyusul temannya yang lain.
Renja bimbang. Tasnya masih disana. Namun ia juga untuk saat ini masih enggan untuk terlibat pembicaraan dengan Gala.
Aih....Renja menggaruk kepalanya frustasi. Tidak ingin terjebak di suasana canggung. Tepat ketika mata keduanya bersitatap. Renja langsung membalikan tubuhnya dan bergegas pergi. Menghindari Gala yang tadi sempat Renja lihat laki-laki itu membuka mulutnya untuk bersuara.
Renja meringis
Dalam langkahnya ia terus merutuk. Merasa kesal sendiri karena malah terlibat pertengkaran dengan Gala. Dan menimbulkan kecanggungan diantara keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eshal Renjana (Lengkap)✔
Fanfiction"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya. "Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik. "Papah.." Gadis tersebut berhenti s...