"Sepertinya mereka tidak akan pernah bisa lebih dari sekedar teman. Jadi sudah benar keputusannya untuk memendam."
. . . . .Awalnya Renja tidak akan memaksakan diri untuk ikut pergi dan lebih memilih memenuhi ke inginan Papahnya. Biar bagimanapun, semarah dan sekecewa apapun Renja kepada Papahnya. Dia tetaplah seorang anak yang dulu pernah begitu menggantungkan hidupnya kepada sosok yang ia panggil Papah itu. Namun sepertinya mulai saat ini ia harus belajar menopang dirinya diatas kakinya sendiri.
Renja terduduk lesu dikasurnya. Ia bahkan sudah siap dan tinggal menunggu Gala menghampirinya. Tapi hatinya tidak tenang. Entah kenapa ia merasa begitu bersalah ketika memaksakan dirinya untuk pergi. Tapi untuk membatalkan pun rasanya bukan hal yang benar. Renja tidak mungkin mengecewakan Tantenya yang sudah membelanya bahkan pagi-pagi sekali ia bangun hanya untuk membuatkan Renja makanan untuk bekal diperjalanan nanti.
"Nggak usah kebanyakan mikir. Cepet siap-siap. Tunggu Gala di depan."
Bukannya bangkit dari duduknya. Bibir Renja malah mencebik. "Takut Papah marah." Adunya.
Raiyana menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Biar itu nanti jadi urusan Tante. Sekarang kamu cepet bangkit dan berangkat."
Renja masih saja diam. "Takut."
Gemas. Akhirnya Raiyana menarik kedua tangan Renja untuk bangkit. "Masa muda nggak bakal terulang dua kali. Lakukanlah segala hal yang bisa bikin kamu bahagia. Selama nggak ngerugiin diri sendiri dan orang lain, gak papa. Kamu nggak harus merasa terbebani oleh apapun dan siapapun."
"Bimbelnya?"
Raiyana mendesah kesal. Susahnya ketika berbicara dengan jenis manusia yang gampang merasa bersalah. "Kamu bisa ikut minggu depan. Jadi tolong. Jangan persulit hal yang masih bisa di kompromikan okey?"
Akhirnya Renja mengangguk setelah diam mempertimbangkan. Jujur, ia menjadi serba salah. "Yaudah Renja pergi." Putusnya.
Raiyana mengangguk seraya tersenyum lebar. "Bagus."
Keduanya lalu berjalan beriringan keluar dari kamar dan sedikit terkejut ketika berpapasan dengan dengan Wira, Yunita serta Haira yang berdiri diantara keduanya. Tidak ada yang berbicara. Semuanya bungkam hingga kemudian Raiyana yang lebih dulu pamit undur diri seraya menarik lengan Renja agar mengikuti langkahnya.
"Bintang satu untuk pemandangan yang sungguh tidak ramah." Gumam Raiyana yang masih terdengar oleh Renja. Dan Renja hanya terkekeh pelan menanggapi itu. Setidaknya kehadiran Tantenya itu menjadi sedikit pelipur lara untuknya.
Keluar dari rumah, Renja mendapati Gala yang sudah standby di halaman rumahnya. Badannya menyandar dibadan mobil dengan pandangan mata yang langsung bertemu dengan mata Renja. Lalu tersenyum hingga memunculkan eyes smile nya.
Ugh
Tampan sekali.
Kaos putih lengan pendek dengan dipadukan celana pendek berwarna hitam. Untuk alas kakinya, laki-laki itu hanya memakai sandal japit biasa. Sangat sederhana, namun berhasil membuat laki-laki itu terlihat begitu menawan.
Jantung Renja bahkan sudah berdetak abnormal. Gelanyar aneh dihatinya yang disebabkan oleh rasa sukanya kepada Gala kian membuat hatinya terasa penuh. Rasanya menyenangkan ketika kamu masih memiliki alasan untuk bahagia hanya dengan melihat wajah dan senyumana dari orang yang kalian suka.
Renja tidak pernah memungkiri.
Pun tidak mengelak dari segala jenis rasanya untuk Gala yang kian melebihi batas wajar dari seorang teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eshal Renjana (Lengkap)✔
Fanfic"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya. "Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik. "Papah.." Gadis tersebut berhenti s...