"Kadang orang yang lagi nggak baik-baik aja itu cuma butuh di dengerin."
. . . . .Renja keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapih. Tubuhnya dibalut dengan kemeja panjang yang ia padukan dengan celana jeans. Simpel, namun itu justru semakin membuat ia terlihat sangat menarik. Rambutnya Renja biarkan terurai.
Jam sudah menunjukan pukul 18.30. Itu tandahanya Gala akan segera datang menjemputnya. Kakinya Renja bawa menuju depan. Samar-samar ia mendengar suara anggota keluarga yang lain dari arah ruang keluarga. Berniat menghampiri sekalian ia juga belum bilang ke Papahnya jika malam ini ia akan keluar bersama dengan Gala.
Di ruang keluarga, didapatinya Tante Yunita dan Papahnya yang tengah duduk berdampingan diatas sofa serya fokus menonton tayangan televisi.
Langkah kakinya lalu terhenti ketika menyadari disamping Papahnya ada Haira yang sedang menyandarkan kepalanya di lengan atas sang Papah. Terlihat sangat nyaman. Ditambah kepalanya yang sesekali di usap oleh Wira. Untuk beberapa saat Renja terpekur. Entah untuk alasan apa hanya saja pemandangan itu memunculkan perasaan tidak nyaman dalam hatinya.
Pandangan matanya lalu beralih pada Sofa yang terletak paling ujung. Disana ada Tante Raiyana yang sibuk dengan iPad nya.
Menghela nafas sejenak. Renja kemudian kembali melanjutkan langkahnya. Dan Tantenya adalah orang pertama yang menyadari kehadirannya disana. Langsung ia meletakan iPad nya di meja. "Mau kemana?" Tanya Raiyana. Dan pertanyaan itu kemudian membuat ketiga orang lainnya yang tadi fokus dengan tayangan di televisi langsung mengalihkan perhatiannya mengikuti arah pandang Raiyana.
Menatap Renja ingin tahu.
Sebelum menjawab. Lebih dulu Renja mengembangkan senyumnya. "Ren mau keluar sama Gala." Jawab Renja. Perhatiannya lalu Renja alihkan ke Papahnya. "Ren izin yah Pah." Pintanya.
Lantas Wira mengangguk. "Boleh. Asal jam 22.00 udah ada dirumah okey." Pesannya.
Renja mengangguk setuju. Ia tersenyum. "Makasih Pah." Ucapnya.
Dalam hati ingin menghampiri Sang Papah namun ia justru merasa sungkan. Sungguh, rasanya seperti ada tembok penghalang yang mulai terbangun meski samar.
"Aku ikut yah." Ujar Haira yang seketika melunturkan senyuman di bibir Renja.
Tuhan.
Dalam hati Renja menjerit.
Tolong jangan lagi.
Sungguh Renja tidak tau sampai mana batas kesabarannya dapat diuji.
"Haira mau ikut?" Wira malah bertanya.
Haira langsung mengangguk antusias. "Boleh?" Tanya nya lagi.
Renja melihat itu hanya bungkam. Rasa kesal yang kian memuncak sungguh membuat Renja merasa kesulitan walau hanya untuk sekedar mengucapkan kata "tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eshal Renjana (Lengkap)✔
Fiksi Penggemar"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya. "Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik. "Papah.." Gadis tersebut berhenti s...