"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya.
"Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik.
"Papah.." Gadis tersebut berhenti s...
"Ada yang lebih mengejutkan daripada sebuah keputusan yang tiba-tiba. Yaitu takdir yang disiapkan Tuhan. Terutama untuk mereka yang sudah lama tidak saling menyapa atau bahkan saling melupa. Kemudian kembali dipertemukan pada suatu keadaan yang sudah teramat berbeda." . . . . .
Entah untuk yang keberapa kalinya Renja menghela napas dalam lalu membuangnya dengan perlahan guna menekan perasaan sesaknya didalam sana. Tidak, ia tidak boleh menunjukan kesedihannya disini. Selain bukan tempatnya, Renja juga mengerti jika ia harus pandai-pandai menempatkan diri. Apalagi ini merupakan acara milik Papahnya, mana mungkin Renja akan mengacaukan semua ini hanya karena kesedihannya yang tidak berarti apa-apa.
Lagi, Renja kembali mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan hanya untuk mendapati banyaknya orang-orang dengan stelan formal yang terlihat mahal, dan disampingnya sebagian besar ditemani oleh wanita-wanita berpenampilan modis dan beberapa diantaranya ada yang sambil menggendong anaknya yang masih balita dan ada juga yang menggandeng anaknya erat. Sesekali mengomel karena anaknya yang begitu aktif berlarian kesana kemari. Tak ayal pemandangan tersebut membuat Renja terkekeh lucu sekaligus terenyuh, mengingat sekalipun ia tidak pernah memiliki moment seperti itu dimasa kecilnya.
Dan dari sekian banyaknya manusia disana. Satupun tidak ada yang Renja kenali. Ah..kecuali Tantenya yang kini sibuk berbicara dengan beberapa orang. Lalu Papahnya? Jangan ditanya lagi, Papahnya itu sekarang terlihat sangat sibuk menyambut kedatangan tamu-tamunya beserta istri dan anaknya yang lain. Sampai-sampai ketidak hadiran Renja di sisinyapun tidak disadarinya.
Tidak ingin memperparah suasana hatinya yang sedang dilanda kesedihan, Renja memutuskan untuk beralih menikmati makanan yang sudah disediakan oleh pihak catering. Setidaknya jika ia tidak menemukan hal yang dapat mendamaikan hatinya. Maka ia akan mencari bahagia nya sendiri. Sesederhana menepi dari hal-hal yang menyakiti hati. Dengan begitu, meskipun ia tidak bisa lari, setidaknya ia sudah berusaha mengamankan hatinya untuk tidak terluka lebih banyak lagi.
Jauh di ujung sana, pemandangan Papahnya yang sedang tertawa bersama Yunita dan Haira tetap saja hadir dalam jangkauan matanya. Ah sial sekali, tenggorokannya tiba-tiba kering. Diraihnya satu gelas berisi air berasa jeruk lalu diteguknya hingga tandas tak bersisa. Namun nyatanya itu belum cukup untuk memuaskan dahaganya.
Renja kembali mengedarkan pandangannya, dan kali ini kedua matanya menangkap kedatangan Gala bersama kedua orang tuanya.
Satu hal yang tidak dapat Renja elakan. Wajah tampan dengan rahang tegasnya kian menegaskan bahwa laki-laki gagah itu tidak pernah gagal membuatnya terpesona. Pun Renja tidak bisa untuk memungkiri debaran jantungnya yang kian menggila seiring langkah mereka yang tertuju padanya. Ah rasanya Renja ingin menangis, kakinya lemas. Sungguh ia menyadari perasaannya dengan sangat jelas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.