"Manusia cenderung lebih tertarik pada apa yang sudah dimiliki oleh orang lain."
. . . . .Tidak perlu waktu lama untuk ketiganya sampai di tempat tujuan. Ternyata Yunita sudah datang lebih dulu dan berjalan menghampiri mereka dengan senyuman lebar yang terpatri begitu jelas di wajahnya. Lalu Yunita memeluk ketiganya bergantian. Sedikit berbincang sebelum kemudian mereka berjalan lebih masuk kedalam toko.
Jejeran gaun yang terpasang indah di mannequin menjadi pemandangan yang begitu menarik perhatian Renja. Ia terus saja berdecak kagum melihat gaun-gaun dengan berbagai model dan warna singgah dalam jangkauan matanya.
"Kalian liat-liat dulu aja. Mamah sama Papah mau nyoba baju dulu." Ujar Yunita. Matanya terakhir menuju Renja sembari tersenyum simpul. "Dress code nya warna putih yah." Lanjutnya. Entah sadar atau tidak jika baru saja ia menyebut dirinya "Mamah" dihadapan kedua gadis remaja tersebut.
Lain halnya dengan Haira yang nampak biasa saja dan langsung melongos pergi setelah Yunita dan wira beranjak.
Sebutan Yunita tadi membuat Renja kembali membeku ditempatnya. Aneh. Sumur hidup tidak pernah sekali pun ia memanggil Mamah kepada seseorang. Dan sekarang apakah ia harus terbiasa mememanggil seseorang yang masih begitu asing baginya dengan sebutan Mamah? Bahkan bibirnya mendadak kelu walau hanya sekedar untuk membayangkannya saja.
Tidak ingin membuat suasana hatinya semakin kacau, Renja kembali mengambil langkah untuk melihat lihat kiranya gaun mana yang cocok untuknya. Namun nyatanya semakin banyak pilihan, semakin bingung juga untuk Renja memutuskan pada satu pilihan. Batinnya kalo bisa ia ingin membeli semuanya.
Cukup lama ia meneliti, hingga pandanganya tertuju pada dress putih dengan model sabrina. Meski dengan model tersebut akan membuat bahunya menjadi terekspose, namun kesan elegant yang terpancar dari gaun tersebut berhasil membuat Renja tertarik pada pandangan pertama ketika ia melihat dress tersebut. Lagi pula panjang dress tersebut melebihi lutut, masih sopan untuk digunakan oleh anak seusianya.
Dengan wajah sumringah ia kemudian menghampiri salah satu pegawai butik yang berdiri tidak jauh darinya. Meminta dia untuk melepaskan dress tersebut dari patung.
"Makasih mbak." Ucapnya setelah mendapatkan gaun tersebut dalam genggamannya. Ia tinggal mencobanya, jika memang pas maka ia akan mengambil dress itu untuk ia gunakan di hari pernikahan Papahnya.
Baru saja Renja akan melangkahkan kakinya menuju ruang ganti harus urung ketika bertemu pandang dengan Haira yang nampak tertarik dengan dress yang ia bawa.
"Aku liat dong dress nya." Ujarnya. Tangannya menengadah. Meski enggan, namun akhirnya Renja menyerahkan juga dress tersebut ketangan Haira.
Setelah dress tersebut berada dalam genggamannya, Haira lalu mencoba mengepaskannya dengan tubuhnya. Selang beberapa detik gadis tersebut tersenyum lebar, didekapnya dress pilihan Renja untuk kemudian ia klaim menjadi kepemilikannya tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Pas banget gak sih? Aku mau yang ini." Ucapnya tidak masuk akal.
Jelas Renja menunjukan ekspresi tidak suka mendengar ucapan Haira barusan. "Gak bisa gitu dong. Itu kan udah aku pilih duluan." Ujar Renja.
"Tapi aku mau ini Ren. Boleh yah?" Kukuh Haira. Matanya menatap Renja dengan pandangan memelas. Tapi sungguh, bukannya kasihan Renja justru sangat jengkel akan sikap Haira itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eshal Renjana (Lengkap)✔
Fanfic"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya. "Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik. "Papah.." Gadis tersebut berhenti s...