B a b _ l i m a p u l u h

20.3K 723 41
                                    

"Tidak benar-benar diinginkan. Dia hanya kasihan sekaligus merasa bersalah untuk kesalahan yang entah kenapa sama sekali tidak disesalinya."
. . . . .

Kening milik Gala berkeryit ketika merasakan silau matahari menerobos rentina matanya, membuat tidurnya terusik. Berdecak kesal, laki-laki itu kemudian membuka kedua matanya dan menyipi. Bergerak bangun, Gala menyandarkan punggungnya di dashboard ranjang. Meringis ketika merasakan pening luar biasa mendera kepalanya.

"Shhh sial." Desisnya. Satu tangannya terangkat, memegang kepalanya yang berdenyut nyeri.

Diedarkannya pandangannya keseluruh penjuru ruangan. Dan ia tidak mendapatkan siapapun disana. Kembali memejamkan matanya guna menetralisir rasa pusing yang masih mendera, kepalanya justru semakin berdenyut nyeri ketika kilasan-kilasan kejadian semalam saling berlomba memenuhi kepalanya.

Kepalanya berkeryit bingung ketika ingatannya justru malah tertuju kepada Renja. Meski samar, ia ingat jika semalam gadis itu ada bersamanya.

Tidak berhenti disana. Ingatannya kembali berjalan pada suatu peristiwa yang berhasil membuat dada Gala mencelos sakit. Nafas laki-laki itu langsung memburu. Semua kejadian semalam entah mengapa terekam sangat jelas dalam ingatannya.

Dia sudah gila.

Renjanya. Ia sudah menghancurkan gadis itu.

Bodoh.

"Anjingg!"

Gala mengumpat. Untuk pertama kalinya ia merasakan dunianya seolah hancur. Saat ini ia menyadarinya, air mata Renja yang berderai dan permohonan gadis itu untuk menghentikannya.

"Oh Tuhan." Lirihnya.

Laki-laki itu segera menyibak selimut yang dikenakannya, Gala beranjak dari atas ranjang untuk kemudian kedua matanya mendapati bercak merah yang terlihat jelas diatas seprainya.

"Siall..!" Lahkah Gala kemudian bergegas menuju kamar mandi namun suara pintu kamar yang dibuka membuat langkahnya terhenti.

"Eh udah bangun. Ayo sini makan dulu." Pintanya lalu meletakan makanan tersebut diatas nakas samping ranjang Gala. Dengan seragam sekolah yang ia kenakan, Haira lalu beranjak menghampiri Gala yang justru hanya diam mematung melihatnya.

Sampai dihadapan Gala, kedua mata Haira balas menatap Gala yang terus bungkam. Satu tangan gadis itu lalu terjulur, mengecek suhu badan Gala takut-takut jika laki-laki itu sakit.

"Gak demam. Kepalanya masih pusing?" Tanya Haira.

Gala menggeleng lalu melepaskan tangan Haira dikeningnya. "Renja_" ucapannya menggantung. Saat ini ketika ia menyebutkan nama Renja dari bibirnya rasanya begitu menyakitkan. "Mana? Renja mana?" Tanya laki-laki itu yang jelas membuat kedua mata Haira memicing tidak suka.

"Kenapa malah nanyain dia? Ada aku disini."

Sadar akan kesalahannya. Matanya Gala kembali pejamkan, sisa rasa pening masih menderanya. Ditambah dengan ingatan akan peristiwa semalam yang membuat ia kacau. "Maaf. Aku nggak bermaksud." Ujarnya.

Haira membuang wajahnya kesal.

"Kenapa nggak masuk sekolah?"

Eshal Renjana (Lengkap)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang