"Rasanya ingin menolak, tapi kamu tau bahwa itu bukanlah pilihan. Tidak ada jalan lain selain menerima. Mau lapang dada ataupun terpaksa, itu terserah kamu bagaimana menerimanya."
. . . . .
Hari minggu ini, Renja dan Papahnya gunakan untuk olahraga pagi, tidak tanggung-tanggung keduanya langsung menuju ke alun-alun kota yang menjadi kawasan CFD an setiap hari minggu. Dan kebetulan diperjalanan pulang mereka melewati toko yang menjual berbagai jenis bunga ataupun yang masih berupa bibit. Renja yang begitu menyukai bunga langsung meminta Papahnya untuk berhenti.Dan sekarang ia disini, dihalaman depan rumahnya dengan tangan yang sudah dipenuhi tanah. Dibelakangnya ada sang Papah yang sama sibuknya, menyirami seluruh halaman rumahnya yang dipenuhi beraneka jenis bunga dan tanaman hias. Ulah siapa lagi memangnya jika bukan Eshal Renjana.
Bahkan ketika tanaman dihalaman rumahnya sudah sebanyak itupun, sekarang telah bertambah lagi satu penghuni bunga dikawasan rumahnya. Yaitu sebuah mawar kuning yang sudah tertanam cantik didalam pot. Ahh...Renja tersenyum bangga melihatnya, ia pikir sekarang anaknya telah bertambah satu lagi.
"Pah sini, Ren minta airnya." Teriak Renja dengan kedua mata yang terus berpusat kepada mawar kuning tersebut.
Wira, sang Papah langsung bergegas. Dihampirinya putri semata wayangnya itu untuk kemudian ikut menjongkokan badannya menyesuaikan sang anak. Tangan lebarnya yang selalu hangat dalam genggaman Renja terulur, meraih tangan sang anak untuk selanjutnya Wira bersihkan dari tanah yang melumuri tangan Renja. Renja tersenyum senang. Ahh...Papahnya itu benar-benar laki-laki favoritenya.
Setelah selesai membersihkan tangan Renja, kepala Wira mendongak. Didapatinya sorot sang anak yang memandangnya penuh puja. Wira terkekeh, "Apa sebegitu tampannya Papah hingga kamu terpesona." "Gak kalah sama Na Jaeminkan?"
Mendengarnya wajah Renja langsung berubah masam. Yah....Papahnya dengan penyakit narsisme nya itu begitu menyebalkan.
"Kalo Ren gak salah dirumah kita banyak kaca loh Pah." Sindirnya yang langsung mendapatkan jitakan pelan dari Wira.
"Anak kurang ajar memang." Sungutnya, tentu saja Wira bercanda.
Renja mencebik tidak terima "Ya Papah lagian ngebandingin diri Papah sama Jaeminnya aku. Ya Papah kalah jauh lah."
"Papah heran sebenernya kamu anak Papah apa anak si Jaemin sih? Perasaan Papah gak ada artinya dihidup kamu dibandingkan dia"
"Ih...Papah kok alay?" Tanya Renja tidak habis pikir. Keningnya bahakan mengeryit dalam, seolah-olah menegaskan jika sang pemiliknya begitu tidak habis pikir dengan lawan bicaranya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eshal Renjana (Lengkap)✔
Фанфик"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya. "Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik. "Papah.." Gadis tersebut berhenti s...