B a b _ d u a p u l u h l i m a

7.9K 394 4
                                    

"Pada dasarnya karena sudah terbiasa. Jadi semua rasanya juga terasa  biasa saja. Tapi tidak tahu jika menghilang."
. . . . .

Renja benar-benar menuruti apa yang Gala perintahkan padanya kemarin. Gadis tersebut sungguhan menghindar dengan sama sekali tidak membiarkan dirinya berada pada kesempatan yang sama dengan Gala untuk saling bertatap muka. Sepenuhnya ia menjauh. Terlepas bagaimana hatinya yang sesak akibat bentakan Gala. Ketika amarah pribadinya sendiri sudah mereda, Renja memaklumi kenapa laki-laki itu begitu marah padanya kemarin. Alih-alih menghindari Gala karena kesal, Renja justru menghindar karena ia merasa begitu buruk untuk dirinya sendiri.

Tentang bagaimana dirinya yang menjadi begitu sensitif akhir-akhir ini.

Padahal ia sadar dengan pasti jika Gala tidak salah atas kejadian waktu itu. Laki-laki tersebut justru sudah melakukan hal yang benar. Biarbagaimanapun ia juga tau sendiri bagaimana manipulatifnya Haira.

Salahnya. Pertengkarannya kemarin dengan Gala tidak akan terjadi andai kata ia dapat menahan diri untuk tidak terpengaruh oleh ucapan Haira yang tengah memanasinya. Seharusnya ia tetap seperti biasanya untuk bersikap biasa saja. Karena pada kenyataannya pun tingkah menyebalkan Haira waktu itu bukanlah yang pertama kali.

Sedangkan orang yang kemarin meminta Renja untuk menjauh beberapa saat tengah kelimpungan sendiri. Seperti senjata makan tuan, Gala uring-uringan perkara Renja yang sama sekali tidak ada niatan untuk membujuk dirinya.

Di hadapan wastafel, Gala mengacak rambutnya kasar. Ia bahkan harus izin ke kamar mandi hanya untuk sekedar meredakan kepalanya yang hampir dibuat meledak karena memikirkan Renja.

Ia khawatir.

Rasa bersalah yang menggelayuti perasaannya sukses membuat ia terjaga semalaman penuh. Tidak terhitung berapa kali tangannya mengecek handphone nya untuk memastikan apakah ada notifikasi masuk dari Renja tapi hingga pukul 3 pagi ia terjaga tidak ada satupun notifikasi pesan dari Renja di handphone nya.

Masa iya, ia harus menjilat ludahnya sendiri dengan menghubungi Renja lebih dulu?

Gala berdecak.

Sungguh sial. Ini bahkan belum ada satu hari mereka saling mendiamkan sejak pertengkaran tersebut.

Gala membasuh wajahnya dengan air yang mengalir dari keran wastafel.

"Damn. I miss her!" Rutuknya. Kesal dengan dirinya sendiri.

Sehari tanpa melihat Renja rasanya ada yang kurang.

Minimal jika mereka tidak bertemupun, Gala akan mendapati begitu banyak pesan yang dikirim Renja untuknya setiap hari. Bahkan celotehan tidak bermutunya yang Renja sampaikan melalu pesan suara ia dengarkan dengan begitu seksamanya. Mengalahkan ketika ia mendengarkan guru mata pelajaran yang tengah memaparkan materi.

Kedua matanya yang tajam menatap pantulan dirinya sendiri didalam kaca. Air menetes hingga ke leher dan mengenai beberapa bagian bajunya. Dilepasnya dasi yang serasa mencekik lehernya lalu dimasukannya kedalam saku celananya.

Dibawanya kakinya keluar kamar mandi. Berdiam diri disanapun tidak lantas membuat ia merasa lebih baik. Wajahnya benar-benar menyeramkan dengan pandangan mata yang menatap lurus kedepan. Beberapa orang yang berpapasan Gala bahkan mengambil langkah menjauh melihat wajah Gala yang terlihat begitu angker alias menakutkan.

Eshal Renjana (Lengkap)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang