"Sedih dan kecewa adalah bagian dari dewasa. Karena hidup gak melulu soal bahagia. Realistis, kecewa pasti akan ada. Dan kita nggak perlu menyangkal buat terus baik-baik aja."
. . . . .Helaian rambut yang terlepas dari kuncirannya kini berterbangan seiring dengan angin yang berhembus pelan. Menghantarkan damai untuk gadis yang kini hanya mampu menghela nafasnya panjang.
Menelan ludahnya guna membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Sekali lagi Renja menarik nafasnya dalam guna menetralkan rasa sesak didadanya yang tidak kunjung juga mereda.
Malah rasanya semakin parah seiring pembicaraan orang-orang mengenai bagaimana cocoknya pasangan yang baru saja meresmikan hubungan mereka.
Pandangan Renja lalu jauh menerawang. Kedua sudut bibirnya terangkat, seulas senyum getir hadir disana. Seiring denga air mata yang lagi-lagi saling berlomba memenuhi kedua pelupuk matanya.
Renja kemudian mendongak kan kepalanya. Demi Tuhan, dia tidak ingin menangis lagi. Namun ketika teringat Gala yang sudah memiliki Haira hatinya benar perih. Bayangan-bayangan akan kebersamaan mereka kini justru menjadi memori menyakitkan yang menyerangnya tanpa ampun.
"Renja it's okey." gumamnya.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak beberapa saat yang lalu dan Renja segera bergegas pergi menuju luar gerbang sekolahan. Melarikan diri dari sebuah kenyataan yang lagi-lagi membuat ia terluka.
Rasanya dengan Gala jauh berbeda. Beruntung selama ini ia pandai dalam memendam rasanya. Tidak terbayang akan seperti apa jadinya jika laki-laki itu tau bahwa sahabat yang selama ini ia temani dan kasihi sudah begitu lancang memiliki perasaan yang lebih dari sekedar sayangnya seorang teman.
Maka ketika kini Gala yang sudah menetapkan hatinya untuk Haira. Renja mencoba untuk mengerti dan memahami bahwa untuk kedepannya mustahil antara ia dan Gala akan tetap seperti beberapa waktu lalu karena jelas, semunya sudah berubah. Hanya menyisakan ia sendirian dengan segala rasa sakit yang mulai menghancurkannya dengan perlahan.
Tangan Renja kembali terangkat guna menyeka air matanya yang lagi-lagi menetes. Di iringi dengan senyuman samar dibelah bibirnya, Renja meringis. Menyadari betapa lemahnya ia akan perasaannya sendiri.
Ditengah-tengah perasaan kalutnya. Renja dibuat termenung tepat ketika sebuah mobil yang amat dikenalinya berhenti dihadapannya. Tidak ada reaksi lain yang Renja tunjukan selain hanya diam meski kini sesosok laki-laki paruh baya yang amat dirindukannya sudah keluar dari dalam mobil dan bergegas, langsung merengkuhnya kedalam dekapannya.
Mereka hanya tidak bertemu kurang dari 1 Minggu namun Renja tidak dapat berbohong jika ia sungguh rindu. Namun rindunya kali ini hanya membawa sakit untuk Renja ketika teringat akan perlakuan Papah nya kepadanya akhir-akhir. Perasaan sesak yang semula juga belum reda kini kembali ditimpa oleh rasa sakit lainnya.
Membuat mata Renja kemudian terpejam. Menikmati dekapan hangat yang beberapa waktu kebelakang sudah tidak pernah didapatkannya lagi.
Wira kemudian melepaskan dekapannya untuk kemudian merangkum wajah cantik itu dalam kedua tangannya.
Manik keduanya lalu bertemu dengan Wira yang menatapnya penuh khawatir.
"Kamu baik kan?" Tanya laki-laki itu kemudian. Jika saja ia tidak ingat sedang berada dimana, rasanya laki-laki itu menangis mengingat betapa tidak becusnya ia menjadi seorang Papah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eshal Renjana (Lengkap)✔
Fanfiction"Gala.." lirih gadis itu yang kini menatap nanar ke arah laki-laki disampingnya. "Kenapa hem?" Tanya nya kemudian, satu tangannya terangkat mengusak rambut hitam itu yang dibiarkan tergerai. Cantik, sangat cantik. "Papah.." Gadis tersebut berhenti s...