Sekumpulan manusia berpakaian formal mengisi ruangan itu. Ruangan besar model amphitheater dengan meja kayu panjang dan kursi empuk telah terisi oleh beberapa orang pemilik raut wajah serius. Di hadapan mereka terdapat sebuah layar besar untuk menampilkan presentasi.
Mereka adalah orang-orang yang berpengaruh dalam suatu jaringan perusahaan di Asia.
Arch Group
Begitulah mereka menamai dirinya. Sekumpulan pebisnis besar yang tergabung dalam satu jaringan. Saling menyokong satu sama lain adalah kekuatan mereka. Berbagai macam bisnis telah mereka jalankan termasuk diantaranya bisnis gelap. Transaksi yang mereka lakukan tak jarang membuat beberapa orang terkecoh, termasuk pemerintah. Itulah sebabnya mereka masih bisa bertahan dalam bisnis gelap.
Sebagian orang menyebut mereka sindikat mafia. Namun, mereka tak berpikir demikian. Mereka hanya menjalankan bisnis untuk menghidupi anak istri atau sekadar penghilang rasa bosan, tidak lebih, begitu ungkap salah satu dari mereka ketika media bermaksud menjatuhkan grup mereka.
Seperti yang mereka lakukan saat ini, sebuah layar besar menampilan visual tiga dimensi dari proyek yang akan mereka kerjakan untuk meraup keuntungan. Suatu proyek yang diperkirakan akan mencapai keuntungan mencapai 350 ribu dollar AS perhari. Hal ini merupakan keuntungan yang amat fantastis mengingat seberapa besar proyek itu direncanakan.
Oh ya. Dan yang tidak kalah penting adalah bahwa setiap kelompok pasti punya satu pemimpin yang paling berkuasa, bukan? Ada satu diantara mereka yang menjadi pemimpin atau boleh dikatakan sebagai pemegang jabatan tertinggi. Jika diartikan dengan saham, dia lah yang menjadi pemegang sahat tertinggi mencapai delapan puluh persen dari 5 pemegang saham utama lainnya yang masing-masing tidak sampai setengahnya.
Ranustra Zander.
Orang biasanya tak berani menyebut namanya sembarangan karena dianggap bisa membawa malapetaka. Jika menyebut namanya saja sudah mendatangkan malapetaka, lalu bagaimana dengan kehadirannya? dia benar-benar membuat para eksekutif perusahan bergidik ngeri, jangankan bergerak untuk melancarkan peredaran darah di daerah bokong, untuk sekadar mengembuskan napas saja rasanya sangat sulit. Jangan tanyakan seorang penyaji data yang berdiri di samping layar lebar, kakinya sudah tidak bisa digerakkan saking takutnya.
Sementara itu, orang yang diduga menjadi pelaku ketegangan itu kini sedang menutup kedua matanya. Kepalanya tertumpu pada kesepuluh jarinya yang saling menaut di atas meja.
"Ehem. Kurasa ini terlalu berlebihan. Tuan Ranu, akan lebih baik jika kau secepatnya menyelesaikan tanah panti itu agar proyek ini bisa segera dimulai. Kau bilang mereka menolak menjualnya, bukan? Bagaimana jika kita tawarkan harga lebih?" ucap seorang laki-laki berumur pertengahan empat puluh tahunan.
Kemudian seorang laki-laki yang umurnya sedikit lebih tua menyahut "Dia benar. Masalah tanah harus diurus secepatnya. Jika dengan menaikan harga saja tidak cukup, lebih baik kita gunakan 'cara klasik', seperti biasanya."
Mereka yang berada di ruangan itu tahu betul apa yang dimaksud 'Cara klasik'. Tindakan ini seperti menggunakan ancaman kekerasan terhadap orang yang bersangkutan. Atau dengan mengancam orang terdekat atau keluarga mereka.
Ranu berdesis "Kalian pikir selama ini aku diam saja?"
Perkataan Ranu membuat semua orang di dalam sana bungkam. Ranu mengalihkan pandangannya pada layar tiga dimensi yang memuat visual dari proyek kawasan industri dan hiburan terbesar saat ini.
"Sepertinya rapat untuk hari ini sampai disini saja. Kita bertemu lagi di lain waktu. Kami harap urusan tanah sudah segera diselesaikan, Tuan Ranu." Ujar seorang laki-laki berusia sepantaran dengan Ranu kemudian berdiri dan meninggalkan ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Something Happens I Love You
RomanceRaline Dhara, seorang psikolog, tersesat dalam hutan terlarang karena dikejar oleh pria bertopi fedora. Pertemuannya dengan Ranu, bilioner tampan berdarah dingin dan kejam, membuat Raline bertekad untuk menyembuhkan luka batin Ranu dan membuat laki...