34. Aku Lelah

727 31 0
                                    

Raline terbangun dari tidurnya. Dia tertidur pukul sore dan terbangun saat sudah larut malam. Perasaannya kembali membaik setelah apa yang Ranu lakukan.

Memang apa yang sudah laki-laki itu lakukan padanya?

Entahlah. Yang jelas pipi sedang memerah saat ini karena mengingat kejadian tadi siang. Diusapnya bibir tipis itu begitu lembut selembut saat Ranu....

Ah sudah, sudah, jangan dibahas lagi atau pipi Raline akan terbakar saking merahnya...

Alis Ralline berkerut saat netranya tidak menemukan Ranu di penjuru kamar.

'Kemana dia?'

Ceklek

Raline memutuskan untuk keluar kamar dan mencari keberadaan laki-laki itu. Ranu tampak sangat kacau dibandingkan biasanya membuat Raline sedikit cemas. Ya, dia memang korban pelecehan seksual dan seharusnya dia mencemaskan dirinya sendiri tapi entah bagaimana dia justru mengkhawatirkan kondisi Ranu.

Matanya sayu, rambut berantakan dan bahkan dia belum sempat membersihkan diri sejak kemarin. Hal itu terbukti dengan setelan jas yang sama dengan yang dia pakai saat di taman.

Dan, pria menyedihkan itu kini tengah menatap Raline penuh arti di depan sebuah pintu bewarna hitam.

"Ranu?" panggil Raline lirih.

Laki-laki itu tidak menyahut. Dia hanya menatap Raline dari kejauhan sebelum akhirnya berjalan mendekat dengan wajah murung penuh kepedihan. Ditariknya bahu Raline hingga perempuan itu terhuyung ke dalam pelukannya.

Ranu memeluk Raline sangat erat membuat Raline susah bernapas.

"Ranu—" Raline mencoba melepaskan pelukan namun tangan kekar Ranu justru semakin melilit tubuhnya.

Jantung Raline berpacu begitu kencang.

"Biarkan seperti ini sebentar saja," ucap Ranu lirih sembari menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Raline—mencari ketenangan yang bisa membuat hatinya bisa kembali tertata.

"Aku lelah." Bisik Ranu dengan mata yang masih terpejam.

Perempuan itu menghela kemudian membalas pelukan Ranu hangat.

"Terima kasih. Kamu sudah melakukan yang terbaik, Ranu."

Nyess

Benar. Dia tidak salah memilih wanita untuk dicintai. Begitu kalimat itu keluar, hatinya menjadi ringan. Ia merasa hidup kembali menjadi orang yang baru. Pria yang tak pernah tumbuh dengan kehangatan itu kini bisa menghirup dan menghembuskan napas layaknya manusia yang selalu disinari sinar belas kasih.

Raline melepaskan pelukan kemudian memandang wajah sayu pria dihadapannya. Diperhatikannya dengan lekat lebam di rahang Ranu akibat kepalan Jay tadi.

"Kamu terluka? Apa ini sakit?" tanya Raline cemas.

Ranu mengangguk "Sakit. Sangat sakit."

Diusapnya rahang tegas Ranu yang sedikit kebiruan sembari meringis ngeri. Raline menarik tangan Ranu menuju sofa sebelum kemudian mendudukkannya.

"Tunggu sebentar. Aku mau mengambil obat dulu."

Ranu bergeming, dia masih menatap wajah pucat lesi itu lekat. Tak sedetik pun matanya berpaling dari perempuan yang memakai dress tidur lengan panjang bewarna putih polos. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai bebas dan jatuh.

Dengan telaten, Raline mengoleskan salep gel di rahang laki-laki itu. Wajah mereka yang begitu dekat membuat Ranu lebih leluasa memandangi wajah Raline. Sangat sempurna dan begitu indah.

If Something Happens I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang