29. Cincin Berlian

668 35 0
                                    

"DASAR TIDAK BERGUNA!"

BUGH

Pukulan keras lagi-lagi mengenai tubuh seorang pria bertubuh tinggi besar. Megan berkali-kali memukuli pria itu tanpa ampun. Kilatan murka terpantul dari manik mata wanita paruh baya itu.

Dia menarik kerah baju Loma-memaksa laki-laki itu berdiri. "Aku.. sudah muak denganmu. Kau tidak berguna! Cuih." Megan meludahi wajah babak belur pria itu.

"Tolong beri aku satu kesempatan lagi. Aku berjanji-"

"Cukup!"

"Sudah cukup aku mendengar janji busukmu. Kali ini aku akan melakukannya sendiri."

Megan mendorong kasar tubuh Loma hingga tersungkur menggerus tanah.

"Ini kesempatan terakhir bagimu. Tugasmu hanya perlu membawanya kesini. Aku akan menghabisi anak jalang itu dengan caraku sendiri." tawa renyah Megan menggema ke seluruh gedung tua tempatnya berdiri.

"B-baik.. Kali ini aku tidak akan mengecewakanmu."

***

Laki-laki berjas hitam nampak sekuat tenaga menahan rasa kantuknya. Berada dalam sebuah cabang toko perhiasan terbesar di dunia pukul dini hari membuatnya tak habis pikir.

Dalam kondisinya yang merem-melek itu, ia merutuki orang bertubuh jangkung yang sedang memilah benda kecil berbentuk lingkaran yang penuh dengan kilauan.

Ayo Jay kuatkan dirimu! Laki-laki ini terus-teruskan mengujimu dengan perintah anehnya. Dia adalah satu-satunya orang yang bisa membawamu masuk ke dalam toko perhiasan pukul dua dini hari! Pengalaman yang tak akan kulupakan! Cih!

Jay mendengus. "Hei Ranu. Apa sudah tidak ada hari esok?"

Ranu tidak menggubris, ia sibuk pada benda berkilau bewarna perak di tangannya.

"Itu barang yang Tuan pesan beberapa jam lalu. Produk terbaik dari merk perhiasan kami." ucap pegawai toko berjenis kelamin perempuan.

Ranu mesem-mesem melihat benda berlapis berlian itu di tangannya. Beberapa jam lalu ia memesan sebuah cincin dari perusahaan berlian ternama di Swiss. Setelah mendapat kabar, barangnya sudah sampai, Ranu bergegas pergi menuju toko cabangnya di dekat kota. Ia tidak perlu khawatir pada Raline sebab dia telah menyuruh orang-orang terlatih berjumlah sekitar dua puluh orang berjaga dalam penthouse miliknya. Perempuan itu tidak akan sadar sebab dia sedang tertidur seperti bayi dalam kamarnya.

"Baiklah. Bungkus itu dengan baik."

"Apa ukurannya sudah sesuai dengan calon istri Tuan?"

Ranu mengernyit "Ukuran?"

Wanita yang sudah beruban itu mengangguk.

"Apa Tuan tidak tahu ukuran jari manisnya?"

Ranu tampak ragu, matanya menerawang lurus menatap jemarinya yang sedang mempraktekkan demo memegang tangan Raline. Ia terus mengingat bagaimana jemari Raline berada di sela jari-jarinya dan mulai menerka ukuran.

"Nah. Langsung bungkus saja. Ini sangat pas. Aku yakin."

"Ini Tuan."

Pegawai itu menyerahkan sebuah kotak perhiasan bewarna hitam.

Ranu mengagguk kemudian melenggang pergi diikuti oleh Jay yang masih setengah mati menahan kantuk.

"Kau serius akan melamarnya?" tanya Jay lirih.

If Something Happens I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang