59. Puzzle

689 27 0
                                    


ARRRRRRGGGGGG

PRAAAANG

BUGHH

"KURANG AJAR!"

PRAAANGGGG

Sudah satu jam berlalu namun wanita berambut pirang itu masih saja membabi buta melempar dan menghancurkan segala benda di dekatnya. Ada gemuruh yang menyesak dalam ruang dada. Kepulangannya dari benua Amerika setelah sekian bulan membuat dirinya syok berat dengan berita buruk yang langsung menyapa. Kabar tentang pernikahan Ranu dan Raline yang dilangsungkan diam-diam minggu lalu. 

Thomas, laki-laki tanpa rambut yang berdiri tak jauh dari sana hanya bisa mengelus dada dan menghela panjang. Ia tahu putrinya itu masih belum terima jika dia telah benar-benar kehilangan harapan pada seorang lelaki yang didambakan sejak kecil.

"Melissa, tenangkan dirimu!"

"BRENGSEK! PELACUR SIALAN. AARRRRRHHHHH..."

Praaaanggg

Sekali lagi satu buah guci keramik dengan harga mencapai ratusan juta remuk dalam sekejap. Melissa telah hilang akal. ia bahkan tidak peduli jika rumah mewahnya menjadi berantakan dan penuh pecahan beling.

"Sayang, amarahmu tidak akan berkurang dengan melakukan hal bodoh ini. Kau harus bisa melampiaskannya dengan cara yang tepat."

Melissa mengurungkan niatnya untuk membanting guci keramik bewarna biru laut yang sudah terangkat di atas kepalanya. Ia menoleh pada ayahnya menampilkan wajah bertanya-tanya.

"Cara apa yang Daddy maksud?"

Thomas mendekti Melissa perlahan. Smirk iblis terpahat di wajah paruh bayanya dengan sempurna. "Balas dendam."

Hening.

Tak ada sahutan. Melissa bergeming sesaat.

"You're right. Kenapa tidak kepikiran sebelumnya? Yah. Balas dendam. Ha... ha..."

"Do whatever you want, Honey." 

Thomas tersenyum puas melihat wajah sumringah putrinya.

Tawa jahat itu melirih digantikan senyum bengis. "Aku tidak akan mengampuninya. Berani-beraninya pelacur itu merebut Ranu dariku. Akan kuhancurkan dan kubakar tubuh murahannya sampai tak ada yang bisa Ranu lihat darinya. Tunggu saja, pernikahan mereka tidak akan bertahan lebih lama lagi."

***

Kumpulan asap mengepul dari secangkir cairan keruh bewarna coklat. Rintik-rintik gerimis yang semakin lama semakin deras tak menjadi pengganggu obrolan dua pria bersetelan jas berbahan beludru dengan warna semu merah.

Satu laki-laki tidak mempunyai rambut alias botak dan satu lagi berambut licin dengan beberapa helai rambut tampak memutih.

"Aku tidak bisa lagi tinggal diam. Kurasa Zander sudah keterlaluan kali ini, pembatalan Mega proyek sepihak olehnya membuat investor menarik modal mereka lagi. Kita banyak mengalami kerugian karena itu." ucap lelaki berambut diakhiri dengan sesapan kopi hitam.

"Kau benar. Semakin lama anak itu semakin kacau. Dia bahkan secara terang-terangan mengibarkan bendera perang pada kita." Si Botak menimpali.

Adyan, si pria berambut sedikit putih itu tertawa remeh. Sudah bukan rahasia lagi jika mereka membenci orang yang sama. Orang yang telah membuat bisnis mereka gunjang-ganjing sebab beberapa keputusannya dirasa tidak rasional.

Siapa lagi kalau bukan Zander? Pebisnis muda yang licin memainkan tidak hanya saham internal milik perusahaannya tapi juga saham dalam lingkup jaringan. Bahkan beberapa waktu lalu dia memutuskan sepihak kontrak mega proyek industri atas alasan yang tidak jelas.

If Something Happens I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang