44. What did I do?

410 24 0
                                    

Status Melissa Swan sebagai model international ternama membuat pesta ulang tahunnya sangat ramai dan meriah. Hal in dibuktikan dengan banyaknya gerombolan orang yang memakai gaun glamor dan tuxedo rancangan desainer ternama. Selain itu, kedatangan artis-artis ternama juga turut memeriahkan perta ulang tahun Sang Bintang Model.

Dalam aula besar yang dihias begitu banyak bunga dan lampu yang mengerlap ngerlip, kumpulan orang-orang bertuxedo saling bercakap-cakap mengenai sesuatu yang berbau bisnis. Yah, selain menyelenggarakan pesta mewah untuk putrinya, Thomas agaknya juga menjadikan acara ini sebagai media penyaluran bisnis dalam aliansi.

"Mr. Zander, aku sangat senang kau mau menghadiri pesta putriku," Ucap seorang pria botak berdasi kupu-kupu pada lelaki berjas gelap motif garis vertikal samar.

"Tentu, Kenapa dia tidak datang, Thomas? Sudah membatalkan pertunangan tiba-tiba harusnya minta maaf, kan?" Adyan, adik Thomas, menyeletuk.

Ranu melongos, dalam hati ia sangat menyesal telah datang ke acara ini. Manik hitamnya monyorot tajam pada seorang laki-laki yang sedari tadi memerhatikannya namun karena ketahuan ia buru-buru membuang muka.

"Ah sampai mana tadi dok?" Jay menghindari tatapan membunuh Ranu.

Jay pura-pura menyimak seorang dokter wanita paruh baya yang sedang menceritakan pengalamannya di meja operasi. Kebetulan dia adalah kerabat jauh Melissa jadi turut hadir menjadi tamu undangan.

"Jay, sialan" desis Ranu.

"Ranu! Ah aku senang sekali kau datang, Babe."

Suara nyaring terdengar dari belakang membuat Ranu berdecak. Sial. Dia benar-benar tak ingin bertemu Melissa.

"Melissa, kau tidak bisa langsung memeluk tangannya seperti itu, dia sudah bukan tunanganmu lagi." Tegur Thomas pada putrinya yang menggelayut manja pada laki-laki berwajah datar.

"Memang kenapa sih, Dad? Kita bisa tunangan lagi, kok. Ya kan Ranu?"

Ranu memutar bola matanya malas. Sungguh sangat menjengkelkan berada di dekat model manja yang sangat merepotkan dan berisik.

Dari kejauhan, sepasang manusia berjalan beringingan menuju golongan kelas itu berkumpul. Sang lelaki memakai tuxedo putih dengan aksesoris berupa dasi kupu-kupu hitam. Rambutnya disibak ke belakang membuat dahi lebarnya ketara. Sedangkan sang perempuan, dia memakai gaun putih yang begitu memukau dengan model bahu terbuka. Rambut panjangnya dicatok lurus dibiarkan tergerai seperti biasanya. Anting panjang bertengger di sepasang telinga menambah kesan glamour pada dirinya hingga menandingi Sang Pemilik Acara.

Dibalik kecantikannya yang memukau tak ada yang tahu dia sedang menahan dirinya untuk tidak menggigil kedingingan. Tubuhnya masih sedingin es akibat baru dikeluarkan dari ruangan pendingin. Berada di dalam aula besar yang jumlah Acnya mencapai puluhan di tambah lagi gaun yang dia pakai cukup terbuka membuat Raline tak yakin bisa bertahan lama.

'Aku harus bertahan.'

Ia mengeratkan kepalan tangannya seraya menahan rasa dingin yang begitu hebat menerjang dalam tubuh. Wajah pucat pasi dan bibir birunya tak tampak sebab Megan menutupinya dengan make up tebal. 

"Raline, tubuhmu sangat dingin. Kau tidak bisa pergi ke pesta itu." 

Megan menatap pantulan diri perempuan yang terduduk di depan cermin.

"Aku akan baik-baik saja, Mom" 

Raline lagi-lagi harus kembali meyakinkan Megan. Bibirnya masih gemetar begitu juga tubuhnya. Namun, ia juga senang karena Megan mulai menerimanya. Begitu halus wanita itu menyisir helai-helai surai panjang Raline.

If Something Happens I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang