"J-jay?"
Laki-laki yang berdiri dibalik pintu kaca terlonjak kaget.
Raline melihatnya.
'Mampus. Dia liat. Aku tamat.'
Jay memejamkan matanya erat. Ranu pasti akan marah karena dia memunculkan muka di hadapan Raline. Perempuan itu mungkin saja masih trauma dengan peristiwa kemarin. Karena itu, Ranu melarang siapapun yang berjenis kelamin laki-laki berkeliaran di dekat penthouse dan lobi agar Raline tidak melihatnya dan menjadi ketakutan.
"Ngga papa, Jay. Ngga perlu sembunyi. Aku sudah baikan kok." Ujar Raline lembut dengan senyum.
Jay akhirnya bisa menghembuskan napas lega. Dia perlahan membuka matanya namun tatapan maut dari Ranustra Zander membuatnya tergamam. Ia melirik Raline sekilas meminta bantuan.
Raline mengelus lembut lengan Ranu. "Jangan liatin Jay kaya gitu, Ranu."
Ranu melempar bola matanya asal, lagi-lagi dia tidak bisa menolak kalimat Raline.
"Senang melihatmu pulih, Raline." sapa Jay untuk pertama kali setelah kejadian itu dibalas anggukan oleh Raline.
"Ngomong-ngomong kalian mau kemana?" tanya Jay penasaran sebab penampilan Ranu dan Raline sangat serasi dengan warna busana yang sama bak seorang remaja yang sedang kasmaran hendak malam mingguan. Dan jangan lupakan tautan tangan mereka yang begitu erat.
"Sarapan." Sahut Raline singkat."
"Masa sih? kok bajunya couple-an segala. Hmm mau kencan ya?" goda Jay pada dua orang yang tengah memasang wajah salah tingkah.
Raline tersenyum kecil sedangkan Ranu merasa sedikit aneh.
Kencan? Dia tidak berpikir sampai ke situ. Dia cukup sadar diri sangat kaku dalam hubungan. Tapi ide kencan tidak buruk juga sekalian menyampaikan apa yang ditunda kemarin.
"Jangan hiraukan manusia itu. Ayo.." Ranu menarik tangan Raline menuju sebuah mobil sport hitam yang terparkir gagah di depan pintu masuk gedung.
Dalam hati Raline cukup kecewa dengan respon Ranu yang begitu kaku dan canggung. Pria es ini, mana mungkin bisa berkencan. Pegang tangan wanita saja baru bisa benar belum lama ini.
Lamborghini avendator hitam itu melesat membelah jalan raya yang kebetulan sedang sepi. Tanpa mereka sadari, tautan jemari mereka masih terus berlanjut hingga ke mobil.
'Aku ragu bisa kencan dengan Ranu. Dia sangat kaku dan datar.' –Raline
'Bagaimana caranya berkencan? Apa itu sama dengan meeting bersama klien di kantor. Makan bersama, mengobrol dan membayar semua tagihan? Aih ini bahkan lebih sulit daripada memprediksi harga saham. '–Ranu
Helaan napas terdengar dari mulut keduanya.
Tibalah mereka di sebuah restaurant besar berinterior megah dan klasik. Bangunan satu lantai yang ditopang oleh tiang-tiang besar dan kokoh itu terlihat begitu mewah dengan perpaduan warna emas dan perak.
Sejak kakinya menapak di bawah naungan atap restaurant itu, Raline tak henti-hentinya berdecak kagum dengan interior ruangan yang begitu memukau. Ruang makan itu lebih pantas disebut karya seni dimana para pengunjung bisa duduk dibawah lampu gantung yang terbuat dari ribuan kristal.
Sementara itu, Ranu tersenyum puas dengan eskpresi terkagum perempuan di sebelahnya. Sebelum berangkat, Ranu sudah memesan sebuah restaurat milik mitra bisnisnya yang digadang-gadang menjadi tempat makan impian semua pasangan. Tentu, ini semua karena bantuan Jay. Siapa lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
If Something Happens I Love You
RomanceRaline Dhara, seorang psikolog, tersesat dalam hutan terlarang karena dikejar oleh pria bertopi fedora. Pertemuannya dengan Ranu, bilioner tampan berdarah dingin dan kejam, membuat Raline bertekad untuk menyembuhkan luka batin Ranu dan membuat laki...