9. Am I Dead?

1.1K 64 0
                                    

Dalam gelap pekatnya hutan, langkah kaki jenjang seorang wanita membelah hutan hujan tropis. Hutan yang identik dengan daun lebar dan selalu hijau dan memiliki kerapatan tinggi membuat cahaya rembulan kesukaran menerangi jalan Raline.

Raline sempat bingung ketika langkahnya sedikit memelan karena di depannya ada sebuah persimpangan jalan.

Matanya memicing sembari mengelus dagunya "Orang tua jaman dulu bilang kanan adalah tempatnya orang baik."

Raline mengambil jalur kanan namun baru beberapa langkah dia malah balik arah dan mengambil jalur kiri.

"Persetan. Jaman sudah berubah. Insting lebih penting saat ini."

Dengan sisa tenaga yang ada Raline kembali berlari. Jalur kiri yang dia pilih ternyata medannya lebih parah karena sudah tidak ada jalan setapak seperti sebelumnya. Semak belukar kini lebih tinggi, mencapai dengkulnya. Semakin masuk ke dalam hutan itu semakin kelam dan dingin pula suasana yang menyambutnya.

Raline mengerang pelan. Luka goresan peluru itu terbuka, pasti syalnya tersangkut oleh dahan pohon yang menghalanginya tadi. Samar-samar dari balik semak, Raline mendengar suara auman binatang buas. Kali ini, pria itu sudah tidak terlihat mengejarnya lagi. Tampaknya dia mengira Raline mengambil jalur ke kanan.

"Bagus. Sekarang tersesat di hutan. Setelah ini apa? Bertemu dengan pangeran berkuda tampan? Haha tragis."Cibir Raline pada dirinya sendiri.

Langkah perempuan yang penampilannya sudah berantakan itu terhenti, ia mendongak menatap langit-langit yang tertutup oleh dahan-dahan pohon yang menjulang tinggi.

"Kenapa disini sepi sekali? Aku tadi mengambil jalur kiri, itu berarti aku ada di.." Raline membulatkan matanya.

"Hutan terlarang?"

Raline mendesah kecewa,

"Itu sebabnya aku harus mulai mendengarkan wejangan orang tua dulu."

Tangannya mulai memijat pangkal hidung. Dia kemudian kembali berjalan berharap menemukan keajaiban di tengah hutan. Hatinya pun dirundung kewaspadaan karena dari cerita Venya saat di mobil, hutan ini dihuni oleh banyak binatang buas.

Konon, ada legenda bahwa di dalam hutan itu juga terdapat seorang pangeran tampan yang dikutuk menjadi monster darah dingin yang kejam.

"Persetan. Itu hanya mitos. Tak ada monster seperti itu di dunia ini."

Dengan tangan kiri yang terus memegang lengan kanannya yang tergores peluru, Raline melangkah dengan kaki yang terseok-seok. Sepertinya kakinya terkilir saat terjatuh tadi.

Setelah berjalan cukup jauh, Raline akhirnya menemukan sebuah jalan yang tidak begitu besar tapi dia yakin jalan itu sering dilewati karena konturnya yang lebih rata dibanding tanah hutan yang lain. Dengan hati yang terus berharap, ia mengikuti jalan itu.

Kruyukkkk

Raline memegang perutnya. Sepertinya cacing-cacing perutnya sudah tidak bisa menahan lapar lagi. Dia teringat tadi belum sempat makan apapun selain minum kopi hangat.

Dari arah belakang muncul cahaya terang yang membuat jalan di depannya terlihat jelas. Raline yang penasaran pun segera membalikkan badan seketika cahaya yang begitu terang mengagetkannya.

Saat itu juga, mendadak kepalanya terasa pening. Dan hal terakhir yang dia rasakan sebelum seluruh pandangannya menggelap adalah bau parfum maskulin.

***

Di sebuah kursi panjang, duduklah dua orang perempuan dengan penampilan yang sangat kontras. Satu diantaranya yang memakai hoodie berwarna baby pink sedang menangis terisak dan yang satunya mencoba menenangkan.

If Something Happens I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang