15. Suami Istri kok....

1.3K 55 0
                                    

"Ka Ranu, kamu tidak boleh memukulinya lagi seperti tadi. Itu tidak baik." Ujar seorang gadis.

"Aku tidak suka dia mengganggumu. Karena itu, aku marah dan memukulnya."

Gadis berusia dua belas tahun itu menatapnya dalam "Kalo lagi marah, hitung saja jarimu sampai enam. Kalo masih marah, Ka Ranu boleh memukulnya. Tapi kalo marahnya sudah hilang, lebih baik biarkan saja."

"Kenapa enam? Jariku masih sisa empat, kenapa tidak sepuluh saja?" anak lelaki itu terlihat menerawang jari-jarinya.

"Aku juga tidak tahu. Ibuku tidak memberi tahu alasannya. Dia hanya menyuruhku melakukan itu saat marah."

Ranu kini menyadari ada banyak sekali kesamaan antara Raline dan gadis dua belas tahun lalu yang dia temui di hutan.

"Dari mana kau mengetahui hal itu?" tanya Ranu, penasaran.

"ibuku."

 Jawaban singkat Raline berhasil membuatnya mematung.

Bagaimana bisa ucapannya begitu mirip dengan Alina? Apa kebetulan bisa terjadi sesering ini?  Batin Ranu tak henti-hentinya beradu membuatnya tak sadar ada seorang anak laki-laki tengah memanggilnya berulang kali.

"Tuan Ranu!"

"Apa?!" jawab Ranu ketus.

"Bolehkah aku meminjam istrimu untuk bermain denganku?" 

pertanyaan polos anak kecil itu berhasil membuat Raline melongo.

"Kenapa kau minta ijin padaku?" Ranu menatap anak itu datar.

"Karena kau selalu berada disampingnya. Aku takut jika tidak ijin kau akan memarahiku dan menuduhku mencuri istrimu." Ucapnya dengan pipi menggelembung dan bibir yang dimajukan.

Raline menjadi sangat gemas dengan tingkah polos anak itu

 "Tidak berguna meminta ijin pada laki-laki sedingin dia. Ayo kita langsung main saja." Anak kecil itu langsung tersenyum sumringah dan memegang tangan Raline.

"Hey siapa yang memberimu ijin untuk menyentuhnya?" tegur Ranu membuat anak itu sontak melepas pegangannya di tangan Raline.

Perempuan itu menatap Ranu tajam seolah berkata berani berucap lagi kupotong lehermu!

Raline kembali menatap lembut anak itu sembari berkata

 "Tidak apa. Ayo main."

Setelah ditinggal pergi begitu saja, Ranu memilih untuk duduk menyendiri menghadap ke arah bukit sembari menikmati semilir angin yang menerpa wajah tampannya. Udeng miliknya sengaja dia lepas karena itu membuat kepalanya semakin sakit. Masalah proyek itu saja sudah membuatnya tidak tidur seminggu penuh.

Mengingat tentang proyek besar itu kembali membuat kepalanya berdenyut, sampai saat ini dia belum bisa mendapatkan tanah panti. Dia ragu bisa mendapatkan tanah itu dengan mudah sebab tanah itu dikuasai oleh mantan teman dekat ayahnya yang terkenal tidak mudah diluluhkan.

If Something Happens I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang