18. Alina

940 50 0
                                    

Dua belas tahun yang lalu.....

Kumpulan manusia dengan jumlah yang sangat banyak berkerumun melingkari seorang gadis kecil. Mereka, dengan tatapan sinis dan cela, mengumpat dan melempari gadis itu dengan batu dan tanah.

"HEI PARA WARGA! LIHAT! DI DEPAN KITA ADA ANAK SEORANG PEMBELOT! APA KALIAN RELA TINGGAL SATU TANAH DENGAN GADIS HINA ITU?" teriak salah seorang warga. Gadis itu tampak terisak-isak, bibirnya bergetar, air matanya tak henti-henti mengalir.

Cuih.

Salah seorang warga meludah kearah gadis yang tersimpuh pasrah di tengah kerumunan.

"TIDAK! BAHKAN MELIHAT WAJAHNYA SAJA AKU SUDAH MUAK!"

Raline kembali terisak. Ia tidak menduga hidupnya akan menjadi seperti ini. Ia kira, dia telah menjadi anak gadis yang paling beruntung dan bahagia di dunia sebab memiliki ayah dan ibu yang sangat menyayanginya. Hidupnya dipenuhi oleh orang-orang yang menatapnya penuh kasih. Hingga semua itu perlahan lenyap ketika ibunya meninggal saat usianya lima tahun.

Ia masih baik-baik saja walaupun tanpa sosok ibu. Ayahnya sangat penyayang, dia menyayangi putrinya melebihi nyawanya sendiri.

Hingga tujuh tahun kemudian, dengan alasan yang tidak Raline ketahui, tiba-tiba ayahnya mengajak Raline pindah ke suatu daerah terpencil.

Saat itu, Raline tahu jika ayahnya tengah menjadi buah bibir di acara berita saluran televisi manapun. Namun, seburuk apapun berita itu mengatai ayahnya, ia tetap menyayangi ayah tercintanya itu.

Harapannya pupus ketika salah satu warga ternyata mengetahui informasi tersebut. Warga itu mengumpulkan dan memberitahu warga yang lain hingga satu desa mengetahuinya. Mereka pun berbondong-bondong datang ke rumah Raline dan ayahnya lalu menyeret mereka berdua ke alun-alun. Ayah Raline menyuruh Raline untuk kabur namun gadis itu menolak. Ayahnya nekat mendorong Raline pada segerombolan warga yang tengah menatap bengis pada pria paruh baya bersindikat pembelot itu.

Raline terpental ke kerumunan, tubuhnya terhimpit oleh tubuh besar para warga. Dari luar kerumunan, ia dapat mendengar para warga membakar hidup-hidup ayahnya membuat gadis itu meraung-raung tidak karuan.

"DASAR TIDAK TAHU MALU! BERANI-BERANINYA MENAMPAKKAN DIRIMU DI TEMPAT INI?!" cemooh seorang wanita beranak satu.

"USIR DIA! DIA PEMBAWA PETAKA!"

Anak gadis itu menutup telinganya erat-erat. Berbagai macam umpatan dan hinaan datang kepada gadis berusia dua belas tahun itu. "Tidak.."

Tak

Tak

Warga desa melemparinya dengan batu yan beraneka ukuran. Tangan kecil gadis itu terangkat seraya menjadi tameng untuk dirinya sendiri.

"Anak hina! Jika aku jadi dirinya aku lebih baik bunuh diri saja!" ucap seorang perempuan desa berselendang hijau.

"Sudah tidak punya ibu, ayahnya jadi pengkhianat. Dia pasti akan jadi jalang saat dewasa kelak." Ejek teman disebelah perempuan itu. Raline merunduk, bibirnya bergetar menahan isak tangis.

"SUDAH BAKAR SAJA DIA!"

seketika itu juga Raline mendongak menatap getir kumpulan manusia yang mengerumuninya.

Tanpa dia sadari, dari banyaknya manusia yang menatapnya hina, ada satu anak laki-laki menatapnya iba. Dari dalam hatinya dia ingin menolong gadis itu namun egonya menolak. Ia dipaksa tumbuh tanpa belas kasihan dan iba di hati.

Anak laki-laki yang dikenal pendiam dan mudah marah itu mendadak berlari menuju gadis di tengah kerumunan. Ia dengan segala keberanian dan rasa ibanya merengkuh pundak gadis itu kemudian membawanya berlari menembus kerumunan. Tak ada yang berani menghentikkannya sebab dia dikenal sangat kejam dan sadis seperti Ayahnya.

If Something Happens I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang