DUA PULUH SATU

149 20 10
                                    

'Ini bukan soal bawa perasaan atau bodoh soal cinta. Hanya saja, melupakan dan mengikhlaskan seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan.'

Reyfallio Yudiatama



Vote dulu sebelum membaca!

******

Karena kesal, Achai membanting pintu kulkas dengan kencang. Endi yang sedari tadi melihat kelakuan barbar Achai hanya bisa menyembunyikan tawanya agar tidak terkena bogeman mentah dari Achai.

"Sabar, Chai. Lo begitu doang kayak orang kesetanan." Ucapnya bermaksud menenangkan.

"Enak banget mulut Lo ngomong. Mau gue ulek mulut Lo?" Achai menghampiri Endi yang berada di pintu dapur sembari membawa ulekan.

Drrtt!

Achai mengambil ponselnya yang bergetar.

"Iya, halo, Sin?"

"Achai, t-tolongin gue. Gue dikejar-kejar sama geng Razor." Ujar Sisin disebrang sana dengan nafas tersengal-sengal.

"Lo dimana sekarang? Gue samperin." Tanyanya setengah panik.

"Nanti gue shareloc."

"Oke." Ucap Achai memutuskan sambungan teleponnya.

"Kenapa, Chai?"

"Sisin, dia dikejar-kejar geng Razor."

Ting!

Setelah mendapatkan notifikasi lokasi yang Sisin kirimkan, Achai segera bergegas menuju ke tempat Sisin berada.

"Chai, gue ikut." Wajah Endi menunjukkan raut wajah datar, namun Achai merasakan bahwa Endi sangat mencemaskan Sisin.

"Khawatir ya?" Godanya.

"Ah, ga ada waktu buat becanda. Cepetan berangkat, keburu dia kenapa-kenapa." Ujar Endi dingin.

"Cie panik. Takut kehilangan ya?" Achai tersenyum menggoda.

"ACHAI!! GA ADA WAKTU BUAT MAIN-MAIN. TEMEN KITA, SISIN, LAGI DALAM BAHAYA." Pekik Endi membuat Achai tersentak kaget dengan mulut yang menganga dan membelalakkan matanya.

"Cepetan!" Ujar Endi melangkah mendahului Achai yang masih terdiam menganga.

"I-itu sodara gue tadi?" Tanya Achai pada dirinya sendiri dengan tatapan kosong kedepan.

*******

Sisin berlari memasuki hutan untuk menghindari anak-anak Razor. Dia bersembunyi dibelakang pohon besar. Menelungkupkan wajahnya dengan kedua tangannya. Dengan mulut yang berkomat-kamit, memohon agar tidak ketahuan oleh geng Razor.

Puk!

Merasakan pundaknya dipegang oleh seseorang, Sisin mendongakkan kepalanya.

"Achai, gue takut." Ucapnya sembari memeluk Achai erat. Tapi ternyata yang Sisin peluk bukanlah Achai melainkan Endi. Dia salah memeluk karena pandangannya buram saat Sisin membuka matanya lagi.

"Chai, dada Lo kok bidang banget." Ucapnya dalam pelukan.

"Itu Endi, Sin, bukan gue." Ujar Achai sembari tertawa.

Sisin mendongakkan kepalanya menatap orang yang sedang dipeluknya. "Oh, shit!" Sisin mendorong Endi kuat, hingga Endi hampir terjatuh.

ANUGERAH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang