LIMA PULUH

129 7 0
                                    

Haii! Ayo senyum!

Vote dan komen!!

Yang belum follow akun ini, ayo follow buat tau info selanjutnya!!

Follow ig _viiy2020

Ramein ya!! Tinggal beberapa part lagi menuju ending!

^HAPPY READING^

•••

Crang!

Sebuah vas bunga hancur menghantam dinding tepat di sebelah kepala Aling. Farhan yang melempar vas bunga itu.

"Apa-apaan sih, Pa? Untung ga kena kepala Aling. Aling baru pulang kenapa malah disambut kayak beginian sih?" Tanya Aling dengan menatap heran Papanya. Sebenarnya dia sedikit takut, karena Papanya tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Harusnya vas bunga itu ga meleset kena kepala kamu." Farhan menatap anaknya penuh amarah dan kekecewaan.

"Papa kenapa sih, Pa?" Tanya Aling masih tidak mengerti dengan situasi sekarang. Matanya menatap Achai yang berdiri di belakang tubuh Papanya yang sedang dirangkul oleh Anita, dan dia baru mengerti. "Ngapain lo di sini? Oh, lo ngadu?" Aling mendengkus, lalu mengangguk-anggukan kepalanya.

"Mama yang panggil Achai ke sini. Kamu udah keterlaluan, Aling. Mama ga tau lagi harus bagaimana." Anita menangis di pelukan Achai.

"Liat Papa, Aling! Papa kecewa sama kamu, Aling. Papa malu sama keluarga temen Papa. Bisa-bisanya kamu melakukan hal sekotor itu! Kamu pelukan sama cewek lain sambil tidur dan ga pake baju? Kamu mau bikin nama keluarga kita malu?!" Geram Farhan. Kedua tangannya mengepal kuat di samping tubuhnya hingga urat-uratnya tercetak jelas.

Farhan menatap Aling tajam dengan mendekatkan dirinya. "Satu sekolah juga udah tau, Aling! Papa sebagai pemilik sekolah merasa malu. Sangat malu, Aling!" Sentak Farhan menggebu-gebu.

"Tapi, Pa... Aling ga ngelakuin hal di luar batas. Waktu malam itu turun hujan, dan tubuh Aling tiba-tiba menggigil kedinginan. Friska cuma ngebantu Aling buat ngembaliin suhu tubuh Aling ke normal lagi kok, Pa." Jelas Aling.

Achai mengernyitkan keningnya, lalu mendengkus. "Gue rasa, kejadian itu sebelum hujan turun. Lo bohong." Achai terkekeh hambar.

Aling menatap Achai tajam. "Lo kenapa sih? Kayaknya suka banget kalo gue dimarahin sama bokap gue. Kita bisa bicarain itu baik-baik. Ga harus sampe nyampurin orang tua segala. Lo kekanak-kanakan tau ga?"

"Aling!" Sentak Anita. "Kamu kenapa jadi berubah gini sih ke Achai. Kamu ga inget dulu kamu kayak gimana ke Achai?"

"Aling, kamu bener-bener bikin Papa kecewa." Farhan menatap Aling dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Ga cuma Papa, Mama juga kecewa sama kamu, Aling."

Aling mengusap kasar rambutnya dengan kedua tangannya. Kemudian, bergantian menatap kedua orang tuanya. "Ma, Pa. Maksud Aling--" Rasanya suaranya seperti tercekat. "I-iya waktu malem itu intinya Aling menggigil kedinginan dan Friska cuma kasih pelukan supaya Aling bisa ngerasa hangat." Jelas Aling sekali lagi. Entah mengapa rasanya sulit untuk Aling menjelaskan lebih rinci di saat seperti ini.

"Apapun itu, kamu udah buat Papa kecewa. Mulai hari ini, ga ada uang jajan untuk kamu dan semua fasilitas kamu Papa tarik sampai batas waktu yang ga Papa tentukan." Farhan berjalan ke arah ruang tamu dan diikuti oleh Aling yang tidak setuju dengan keputusan Papanya.

ANUGERAH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang