DUA PULUH TIGA

150 15 8
                                    

Vote dan komen!



********

Setelah Endi mengabari anak-anak Venus lewat grup chat nya tadi pagi bahwa Achai mendapat serangan lagi dari wanita bertopeng itu dan dirawat di rumah sakit, semua anggota inti Venus datang menjenguk ke rumah sakit. Tidak banyak, hanya ada Rey, Rendi, Farrel, Nana, dan Farrah.

Mereka berada dalam satu ruangan itu.

"OEMJI! Chai, itu sakit ga?" Tanya Nana diawali pekikannya. Dia menutup mulutnya yang menganga, kaget melihat kondisi Achai.

"Gue ga bisa jelasin rasanya. Gimana kalo lo cobain sendiri aja?" Achai mengambil pisau buah yang berada diatas nakas disebelah ranjangnya.

Nana menyengir hingga matanya menyipit. "Ga deh, ga minat."

"Chai, gimana kondisi lo?" Tanya Rey yang berada disamping kirinya.

"Udah baikan." Sahut Aling sinis.

"Nanya ke siapa, yang jawab siapa." Gumam Rey memutar bola matanya malas.

Nana mencolek-colek punggung Achai yang terbalut perban itu. Dia merasa gemas.

Plak!

"AWW!!" Pekik Nana, dia memegangi lengannya yang di geplak oleh Farrah.

"Jangan lo gituin, bodoh! Nanti kalo Achai kesakitan gimana?" Geramnya.

"Ya udah sih, biasa aja. Ga usah pake geplak segala, sakit tau ga?! Mending lo geplaknya halus, ini berasa di geplak sama emak sendiri. Lagian, Achai nya juga biasa aja tuh. Kenapa lo yang marah?" Cerocos Nana.

"Ssssttt!" Farrah menyumpal mulut Nana yang kalau sudah berbicara selalu menyerocos sepanjang rel kereta. "Berisik, Nana! Lo ganggu Achai lagi istirahat!" Lanjutnya dengan menekankan nada bicaranya.

"Abisnya lo--"

"Sssttt!!"

Nana menghentakkan kakinya kesal dengan tangan yang bersedekap didadanya dan mulut yang di monyongkan, sesekali menyinyir. Achai hanya tersenyum melihat kelakuan Nana dan Farrah. Dia sudah menganggap mereka berdua sebagai sahabatnya di dalam Venus.

"Chai, lo jangan sampe depresot ye gara-gara denger bicitin mereka berdua. Soalnya, kita ga bisa ngadepin dua makhluk ini. Mental kita ga cukup kuat soalnya. Kita takut kena mental kayang." Ujar Rendi.

Achai tergelak mendengar ucapan Rendi.

Tangan Farrah bergerak untuk menoyor kepala Rendi. "Maksud lo apa ngomong kayak gitu?!"

"Santai dong, Mba." Rendi mengelus-elus kepalanya yang dijitak oleh Farrah.

"Sin, tumben lo diem-diem aja. Sariawan lo?" Ujar Achai.

Sisin melirik sinis Endi yang berada dibelakangnya. "Gue masih kesel sama kodok dibelakang."

Tadi, sebelum anak-anak Venus datang, Endi sempat menjahili Sisin. Dia melepeti Sisin dengan pertambangan emas yang ada didalam hidungnya. Jelas, Sisin langsung marah besar. Mana tidak minta maaf pula, malah tampangnya tidak sedikitpun merasa bersalah.

Endi langsung faham akan sindiran dari Sisin. Yang dimaksud Sisin kodok adalah Endi. Ya, playboy cap kodok.

"Nyindir kok dibelakang, nyindir mah di bahu." Kata Endi menatap Sisin yang membelakanginya.

"Ih, sorry ya. Ini gue didepan lo. Gue kasih tau kalo lo ga liat. Lagi pula dimana-mana kalo nyindir itu emang dibelakang, kalo didepan itu namanya perkenalan!" Ujar Sisin, masih enggan untuk berhadapan dengan Endi.

ANUGERAH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang