SEPULUH

219 21 0
                                    

"ASSALAMUALAIKUM!" ucap Endi dan Achai dengan semangat saat sampai di markas anak Venus.

"Wa'alaikimussalam," balas semua anak Venus antusias menyambut kedatangan Achai dan Endi.

"Wih, Sisin, lo ada di sini juga? Gue kira lo di rumah, rebahan," ujar Endi meledek Sisin.

"Yee, enak aja lo ngomong." Sisin menatap Endi tajam. "Gue, kan, gabut. Dari pada gue di rumah sendiri, mending gue nimbrung ke sini," lanjut Sisin dengan sedikit kekehannya.

"Udah lama lo di sini?" tanya Achai pada Sisin.

"Iya lumayan lah."

"Keliatannya lo makin sering aja ke tongkrongan. Hayo, lo ngincer siapa?" tanya Achai menggoda dengan menyenggol lengan Sisin dan menaik turunkan alisnya.

"Ish, lo nih, tau aja kalau gue itu, em..." ucap Sisin menunduk dengan wajahnya yang mulai memerah.

"Ngaku lo, siapa?" desak Achai sembari terus menyenggol-nyenggol lengan Sisin dengan menggoda.

"Aaaa, itu loh si Farrel," ucap Sisin berbisik sembari menunduk malu.

"Alaaahh... Dia tuh udah ganteng, keren, irit ngomong, berwibawa, damagenya nggak ngotak lagi, anjir," lanjut Sisin tersipu malu.

"Gantengan juga gue, keren juga kerenan gue," sahut Endi memutar bola matanya malas saat mendengar pembicaraan kedua perempuan itu.

"Dih apaan sih lo, nguping aja deh," tukas Sisin sembari mencubit lengan Endi.

"Aws, sakit, anjir!" ringis Endi. "Lagian gue nggak nguping, kaliannya aja yang ngomongnya kekencengan. Jadi gue denger, kan. Makanya jangan gosip mulu."

"Ish, suka-suka gue, lah. Kok lo nyolot sih!" ucap Sisin agak menaikan nada bicaranya.

"Lo tuh yang nyolot!" balas Endi tak mau kalah.

"Lo!"

"Lo!"

"Lo!"

"Lo yang nyolot!"

"Lo! Lo! Lo! Lo!" ucap Sisin menatap tajam Endi.

"Terserah lo!" pungkas Endi capek sendiri.

"Lo kenapa dah, Ndi? Cemburu lo ya kalau Sisin sama Farrel?" tanya Achai dengan nada menggoda.

Endi gelapan, "A-apa sih lo, Chai. Orang gu-gue--" ucap Endi terpotong.

"Lo suka ya sama gue?" tanya Sisin menyergah sembari menatap Endi dengan senyuman manisnya.

Endi menelan ludahnya susah payah. Malam ini Sisin terlihat lebih berkharisma dengan penampilannya yang menggunakan jaket kulit berwarna hitam dan celana jeans. Endi mengerutkan keningnya agar terkesan tidak tertarik, meski jantungnya kini berdebar dua kali lebih kencang dengan matanya yang membulat dan wajahnya berubah memerah. Kini tubuhnya pun mengeluarkan keringat.

"Santai kali, Ndi. Sampe keringet dingin gitu," ucap Achai dengan menepuk bahu Endi

"Anjir, gue kenapa sih?!" batin Endi.

"Jangan-jangan bener lagi lo suka sama gue ya? Ah, pokoknya jangan! Lo nggak boleh suka sama gue! Awas lo sampai suka sama gue!" ujar Sisin menatap Endi tajam.

"Dih, siapa juga yang suka sama lo? Geer banget lo!" Sarkas Endi cepat.

"Oh, bagus deh kalau gitu. Soalnya gue nggak mau sampai bikin orang sakit hati karena gue," balas Sisin dengan santainya.

Endi hanya berdeham singkat.

Drrtt! Drrtt!

Achai mengambil benda pipih miliknya di saku jaketnya. Dia melihat ada pesan masuk dari Aling.

ANUGERAH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang