LIMA PULUH DUA

150 11 0
                                    

Haii, ada yang nungguin ga?

Jangan lupa senyum dulu.

Pencet bintang di pojok kiri dulu ya!

Komennya jangan lupa!

Follow akun ini untuk mendapatkan notifikasi.

Follow akun IG _viiy2020

•HAPPY READING•

•••

Dua bulan telah berlalu semenjak kejadian itu. Dan seharusnya, hari ini adalah hari kelulusan di SMA Jaya Abadi. Namun, sampai saat ini Achai masih nyaman tertidur di atas ranjang rumah sakit. Dia dinyatakan koma oleh dokter setelah menjalani operasi transplantasi hati. Hatinya rusak karena sebuah tusukan yang orang bertopeng itu berikan.

Endi berjalan pelan menghampiri ranjang Achai dengan tersenyum tipis. Hari ini adalah hari spesial untuk Achai, karena ini hari ulang tahun Achai yang ke delapan belas tahun. Dan dia tidak ingin terlihat sedih di depan Achai.

"Happy birthday to you... Happy birthday to you... Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you..." Lirih Endi menyanyikan lagu ulang tahun untuk Achai sembari menyeka air matanya.

"Hai, sodara kampret!" Seru Endi dengan tertawa kecil ketika sampai di hadapan Achai.

Endi menatap wajah damai Achai, kemudian dia mengelus lembut tangan Achai yang terpasang jarum infus. "Selamat ulang tahun yang ke delapan belas! Doa gue, semoga lo cepet bangun dan kembali sehat seperti sedia kala."

"Lo betah amat sih di sini. Liat nih gue udah lulus dan dapet nilai tinggi. Itu juga berkat kata-kata lo waktu itu yang buat gue jadi semangat lagi."

"Ayo dong bangun. Lo ga mau ngambil surat kelulusan lo? Abis itu nanti gue ajak lo kemana aja deh, sepuas lo. Atau lo mau gue traktir di mall lagi? Kayak waktu itu. Lo inget, kan?"

"Oh, iya. Lo tau ga? Kalo sekarang geng Venus ketuanya si Rendi. Beuh, jadi makin ga bener deh. Harusnya lo sebagai wakilnya ngasih arahan tuh buat si Rendi. Biar ga sesat. Masa sekarang semua anggota geng Venus motornya ikutan kayak lo. Jadi vespa matic warna pink." Endi tertawa. "Kan cucok banget."

"Lo mau denger kabar yang bikin heboh geng kita ga?" Endi menjeda kalimatnya. "Sekarang si Farrel udah ga sedikit ngomong lagi. Masa dia berubah jadi pelawak. Mana garing lagi lawakannya." Endi tertawa sebentar. "Tapi, dia ngelakuin itu buat ngehibur si Rendi yang terpukul banget semenjak Rey meninggal."

Endi menghela nafas lelahnya. Dia sadar bahwa orang yang dia ajak bicara memang tidak membalasnya. "Mau sampe kapan lo kayak gini, Chai? Ayo kita ribut lagi. Gue kangen ribut sama lo tau ga? Masa lo enak-enakan tiduran mulu sih? Ga asik lo, ah."

"Ndi..." Panggil Sisin yang baru saja masuk ke dalam ruang ICU. Dia melangkahkan kakinya mendekati Endi. "Udah ya. Lo yang sabar. Kita semua tau kalo Achai itu cewek yang kuat, kan? Gue yakin Achai bisa lewatin ini kok." Sisin mengelus bahu Endi.

Air mata Endi berhasil lolos juga, padahal sedari tadi sudah dia tahan sebisa mungkin untuk tidak menangis. Namun, Sisin berhasil meruntuhkan pertahanannya.

"Gue ga tega liat Achai kayak gini terus, Sin. Achai sama sekali ga ada perkembangan apapun selama dua bulan ini. Dokter bilang, katanya kalo masih belum ada perkembangan, kita semua harus ikhlas dan dokter akan cabut alat-alat medis yang ada di tubuh Achai."

ANUGERAH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang