SEMBILAN

192 21 0
                                    

Sialan!

Aling mendengkus kesal.

"Ling, muka lo kenapa?" tanya Alfian saat matanya melihat luka yang terdapat di pelipis mata Aling.

"Ini semua karena geng banci itu!" ucap Aling kesal dengan menggebrak meja kantin.

"Maksud lo gengnya si Zaky, geng Zhulacols?" tanya Alfian dan mendapat anggukan dari Aling.

"Iya siapa lagi! Yang beraninya main nyerang keroyokan?" Aling memutar bola matanya malas.

"Nggak bisa dibiarin, Ling, kita harus bales mereka. Kalau nggak mereka bisa makin menjadi karena terlalu sering di bebasin kabur gitu aja!" ujar Varli, amarahnya mulai memuncak. Dia tidak terima sahabatnya di keroyok.

"Lo tenang aja, gue udah habisin mereka semua. Lagian lo sendiri tau, kemampuan beladiri mereka nggak sebanding sama gue. Mau mereka ngeroyok bawa 20 orang pun gue masih bisa jabanin," ujar Aling dengan senyum menyeringai.

"Iya, iya, kita tau lo jagoan. Nggak ada yang bisa ngalahin lo, kecuali..." Alfian menggantungkan kalimatnya. Dia menatap wajah Aling yang menatapnya serius.

"Kecuali? Siapa?" tanya Aling mengernyitkan dahinya, bingung.

"Kecuali, Emak lo sama cewek lo." Alfian tertawa terbahak dengan menepuk-nepuk perutnya.

"Nah, bener tuh," timpal Varli ikut terbahak.

Aling menatap mereka berdua dengan tatapan tajam. Dengan cepat mereka menjadi kicep. Seakan tau bahwa Aling tidak suka di tertawakan.

"Santai kali, ntar mata lo keluar, kan, berabe," ucap Varli dengan menatap Aling takut-takut.

"Oh, iya, gimana nih soal lo sama cewek itu? Siapa tuh namanya? Hm, Achai ya? Hah, iya Achai, gimana?" tanya Alfian.

"Iya, lo nggak lupa, kan, sama tantangan kita?"

"Kapan lo nembak dia?"

"Payah lo, udah tiga bulan lebih masa nggak bisa bikin cewek itu luluh."

Sesaat Aling terdiam. Mengambil nafasnya panjang, lalu membuka suara, "Gue sama dia udah deket kok, cuma..." Aling menggantungkan kalimatnya.

"Cuma?" Cuma apa?" tanya Varli tidak sabaran.

"Cuma gue nggak yakin kalau dia udah suka sama gue. Gue sama dia aja masih sering ribut," ujar Aling datar.

"Alah, ribut mah wajar. Itu permulaan untuk menimbulkan benih cinta," ucap Varli sok seperti pejuang cinta. Seperti tahu saja anak ini soal percintaan. Emang sih, dasar buaya. Pasti sudah matang soal percintaan.

"Kalau lo jadian sama Achai, jangan lupa traktirannya," ujar Alfian.

Panggilan untuk Anugerah, Anugerah, ketua OSIS. Diharap untuk datang ke ruang OSIS. SE-KA-RANG! Terimakasih.

Suara toa sekolah terdengar jelas memanggil nama Aling, Anugerah Lintang Galaksi. Dengan cepat dia menghampiri ruang OSIS setelah berpamitan kepada kedua sahabatnya.

Di sana sudah berkumpul anggota OSIS dan calon ketua dan calon wakil ketua  OSIS yang baru, pengganti OSIS tahun ini. Mereka melaksanakan visi misi yang akan diberlakukan di tahun ini.

Mereka berkumpul cukup lama hingga bell pulang sekolah berbunyi.

"Gue rasa cukup sampe di sini. Kalau merasa kurang paham bisa tanya langsung ke gue atau Nisa sebagai wakil gue. Sekarang kalian boleh pulang," ucap Aling menutup sekaligus membubarkan perkumpulan itu.

*****

"Chai, lo ekskul, kan, sekarang? Ya udah gue pulang duluan ya," ucap Eva teman biasa mereka pulang bersama sekaligus tetangga Achai. Eva berlalu pergi meninggalkan Achai.

ANUGERAH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang