TIGA PULUH EMPAT

121 11 6
                                    

⚠️[WARNING!!!]⚠️
!MENGANDUNG KEBUCINAN AKUT!
!Dilarang kayang ataupun jingkrak-jingkrak!
Di sarankan kepada para jomblo untuk banyak-banyak bersabar.

^HAPPY READING^

•••

"Achai, plis, maafin aku." Aling memohon. "Udahan dong ngambeknya. Kamu ga kangen sama aku?"

Mereka berdua duduk di kursi yang ada di belakang sekolah.

"Kangen? Setiap hari ketemu, ngapain kangen?" Achai melipat kedua tangannya didepan dadanya.

Aling mengambil tangan Achai kemudian dia tempelkan ke dadanya. "Kamu rasain ga?"

"Apaan sih? Rasain apa?" Tanya Achai dengan memutar bola matanya malas.

"Jantung aku lemah kalo kamu ngambek terus."

"Dih, ga jelas." Achai mendorong Aling dengan tangannya yang tadi menempel di dada Aling.

Aling menahan lengan Achai. Dia mengarahkan tangan Achai untuk menelusuri mulai dari wajahnya, turun ke bibirnya dengan pelan-pelan, kemudian ke bagian lehernya. Tangan Achai menyentuh jakun milik Aling, dengan sengaja Aling menggerakkan jakunnya membuat Achai geli sendiri.

Aling tersenyum jahil melihat ekspresi Achai yang begitu lucu. Kemudian, dia menurunkan sedikit tangan Achai ke dadanya yang seragamnya terbuka karena dua kancing teratasnya dia buka, dia menaikturunkan tangan Achai di dadanya untuk mengusap-usap dadanya.

Achai terdiam dengan jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat. Aling semakin puas menjahili Achai. Dia membawa tangan Achai lebih turun ke perutnya yang terlapisi seragam sekolahnya. Achai semakin menegang. Dia menengguk ludahnya sendiri.

"Gimana?" Suara Aling terdengar berat.

"Gi-gimana apanya?" Tanya Achai gugup.

"Jantung aman?"

Plak

Achai melayangkan satu tamparan keras di pipi Aling.

"UDAH KETAR-KETIR INI WOY, ARGHHH..." Batin Achai berteriak.

"Kok aku di tampar sih?" Tanya Aling dengan mengerutkan keningnya dan satu tangannya yang mengusap-usap pipinya yang terasa panas.

"Ya-- eee... Ya kamu tadi ngapain?!" Achai sedikit mengeraskan suaranya. Jantungnya tidak aman. SIAPAPUN TOLONG BAWA ACHAI PERGI!

"Ga ngapa-ngapain. Emangnya kenapa?" Tanya Aling dengan polosnya.

Achai menatap tajam Aling. Tapi, tiba-tiba suatu ide muncul di otak Achai. Seringaian pun tercipta di wajahnya. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Aling. Aling memundurkan wajahnya dengan menengguk ludahnya sendiri. Tangan Achai mengusap lembut pipi Aling yang tadi ia tampar. "Mau macem-macem?"

"Hah?" Aling membelalakkan matanya mendengar perkataan Achai yang membuat jantungnya berdebar. "Eh, eee... S-satu macem aja cukup kok."

Seketika Achai merubah raut wajahnya. Keningnya berkerut, kesal. Dan...

Bugh

"Makan tuh satu macem." Achai melayangkan pukulannya tepat di perut Aling.

"Akhhg... Kamu tega banget sih. Semalem aku abis jatoh loh dari motor. Sekarang ditambah lagi. Sakit nih..." Aling merintih sembari memegangi perutnya yang sakit karena tonjokan Achai.

ANUGERAH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang